Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
SOBAT Medi, tahukah kamu jika Selasa (28/4) lalu ialah Hari Puisi Nasional? Peringatan hari puisi itu ternyata erat kaitannya dengan seorang penyair Tanah Air. Namanya Chairil Anwar, ia wafat pada 28 April 1949. Salah satu karyanya yang cukup terkenal berjudul Aku.
Puisi itu ringkasnya ialah seni mengolah kata atau diksi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa puisi ialah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Meski begitu, ada juga sastrawan yang menulis puisi tanpa mengikuti pakem tersebut.
Puisi juga mengenal tema yang sangat beragam. Seorang penulis puisi biasanya akan menentukan tema setelah menemukan inspirasi. Inspirasi berpuisi bisa datang dari berbagai macam hal, seperti persahabatan, cinta, keluarga, alam, semangat, dan harapan, atau berbagai persoalan yang ditemui di kehidupan sehari-hari.
Pandemi korona (covid-19) yang sedang kita hadapi beberapa waktu belakangan ini juga bisa menjadi salah satu inspirasi dalam membuat puisi. Beberapa teman kita bahkan sudah ada yang membuatnya dengan cukup baik dan menarik loh sobat Medi!
Lena Savira, misalnya, sudah membuat kurang lebih tiga puisi sejak sekolahnya memberlakukan sistem pendidikan jarak jauh (PJJ). Menurut siswa kelas 3 A SD Negeri 004 Balikpapan, Kalimantan Timur, itu puisi ialah ungkapan isi pikiran dalam bentuk kata-kata.
“Inspirasi puisi dari kegiatanku sehari-hari. Puisi yang sering aku buat tentang solidaritas, alam, dan cinta orangtua,” tuturnya saat dihubungi Medi melalui aplikasi obrolan, Selasa (28/4).
Guru SD Negeri 004 Balikpapan, Ibu Tri Yuni Adistya, bangga dengan karya Lena yang berjudul Belajar di Rumah. Ia juga berterima kasih pada TVRI yang telah memberi tayangan anak-anak sehingga dapat belajar puisi. Selain itu, ia juga bersyukur atas bantuan orangtua yang selalu membimbing anak-anaknya ketika belajar di rumah.
Ekspresif
Seperti Lena, siswa kelas 2 Sekolah Kuntum Cemerlang, Bandung, Jawa Barat, Kara Malika Kartajaya, juga sudah membuat lima puisi. Kegemarannya pada puisi bahkan sudah dimulai sejak kelas I, yang mana inspirasinya biasa datang dari media massa, televisi, dan masyarakat.
Salah satu puisi Kara berjudul Corona Virus. Guru Sekolah Kuntum Cemerlang, Ibu Ati Kartiwi, mengatakan bahwa Kara ialah seorang anak yang tidak hanya pandai membuat puisi, tetapi juga ekspresif ketika diminta untuk mendeklamasi atau membacakan puisi.
“Kami memberi tugas anak untuk membuat puisi mengenai kesehatan. Lalu anak-anak mendeklamasikan puisi tersebut. Di umur Kara yang masih kelas dua seperti ini, hebat sudah bisa membuat puisi seperti itu,” tutur ibu Ati.
Adik kita yang duduk di kelas 1, Lalang Zianida Pasha, juga sudah pandai menulis puisi. Murid SD Negeri Sambirejo 01, Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, ini menulis puisi berjudul Indonesia Bebas Corona.
Menurut Lalang, puisi mengingatkannya untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan. “Karena korona, saya dan teman-teman tidak bisa sekolah dan jalan-jalan,” tuturnya kepada Medi, Rabu (29/4).
Lalang juga mengatakan inspirasinya membuat puisi berasal dari sang ibu yang membantunya belajar di rumah. Guru kelas 1, SD Negeri Sambirejo 01, Ibu Ingga Gustania, juga menceritakan kalau tugas harian anak didiknya selama PJJ berfokus pada kreativitas hingga rasa percaya diri.
Atas kreativitas anak didiknya itu, Ibu Ingga berharap agar anak-anak Indonesia semakin dapat dikenal melalui karya puisi. Selain itu, ia juga berharap agar anak-anak bisa mengasilkan semangat positif demi kemajuan bangsa. Kalau begitu, mulai sekarang sobat Medi jangan ragu berpuisi ya. (M-1)
Selain dukungan dalam bentuk kebijakan, efektivitas sistem perlindungan perempuan dan anak sangat membutuhkan political will dari para pemangku kepentingan.
Anak-anak yang belum bisa berkomunikasi dengan baik perlu selalu didampingi saat bermain sendiri maupun bersama teman-temannya.
Sebelum anak dilepas bermain di luar, orangtua diminta memulai dengan pengawasan hingga pemantauan di awal.
Ringgo Agus Rahman mengaku belum ada hal yang dapat ia banggakan pada anak-anaknya untuk ditinggalkan.
PENGUATAN langkah koordinasi dan sinergi antarpara pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah serta masyarakat harus mampu melahirkan gerakan antikekerasan.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved