Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Rehat dan Menyimak Hikayat Jambuluwuk

Iis Zatnika
25/2/2016 00:15
Rehat dan Menyimak Hikayat Jambuluwuk
()

TAK perlu risau dengan lalu lintas Puncak yang kerap membuat nyali ciut dengan kemacetan dan aturan buka tutupnya. Kita hanya perlu menempuh 1 kilometer menuju arah Puncak. Setelah pertigaan Seuseupan di sebelah kanan jalan, tak ada lagi kepadatan lalu lintas. Pertigaan ini banyak diambil kendaraan yang menuju kawasan Tapos, area peternakan milik penguasa Orde Baru, Soeharto. Dari sana kendaraan bisa terus naik hingga menemui gerbang Jambuluwuk Ciawi Boutique Resort.

Suasana rimbun di gerbang akan terus berlanjut hingga ke area dalam. Sabtu ( 13/2) lalu, resor dengan 25 vila itu bagaikan menyimpan rahasia. Tenang di mulutnya, tapi menjadi riuh dan dalam ketika kita mulai memasuki jajaran vila, lapangan rumput, area bermain anak, dan kolam renangnya.

Jajaran bus yang memenuhi area parkir yang menampung karyawan-karyawan perusahaan farmasi ternama menjadi pemacu kehebohan itu. Ratusan orang, malam sebelumnya telah menginap dan siang itu masih melakukan aneka kegiatan di luar ruang buat mengasah kerja sama tim.

Menurut Juni Pribadi, manajer umum, kawasan resor seluas lebih dari 9 hektare yang dikelolanya itu memang jadi favorit perusahaan yang ingin melakukan kegiatan team building. Mereka menyewa vila dengan kamar-kamar nan lapang itu dan melakukan kegiatan di luar ruang maupun ruang yang tersebar di sekitarnya.

Namun, saat melangkah memasuki Vila Palembang yang saya tempati, suasana riuh itu perlahan lenyap. Vila dengan tiga kamar berisi dua tempat tidur, tapi jika dilengkapi kasur tambahan bisa menampung hingga sepuluh orang itu menggoda saya untuk sejenak tenggelam menuruti rasa kantuk yang mendera.

Rumah kayu
Seusai memejamkan mata sebentar di senja hari itu, balkon nan luas di lantai dua segera saya eksplorasi. Dari sana, pandangan terarah langsung ke sosok Gunung Salak yang sore itu tertutup kabut tipis.

Saat keluar dari balkon, berjalan menuju kolam renang yang tepat berada di Vila Palembang, saya mendapat gambaran utuh sosok bangunan bertingkat dua itu.

Vila ini, juga bangunan penginapan lain di resor Jambuluwuk, berdinding dan berlantai kayu nan kukuh. Dindingnya dari kayu besi dipadu dengan kayu cempaka yang mengeluarkan wangi. Kayu-kayu itu dirawat khusus setiap dua bulan dengan biaya cukup besar untuk memastikan kondisinya tetap terjaga baik.

“Karena di Ciawi sini kan lembap. Jadi, perawatan harus dilakukan rutin, selain juga renovasi untuk membuat seluruh vila ini nyaman ditempati,” kata Juni.

Istimewanya lagi, semua vila dengan rata-rata ketinggian 700 meter di atas permukaan laut itu dikelompokkan sesuai dengan nama-nama kawasan Indonesia. Vila Palembang yang berada di gugus Sumatra berjarak puluhan meter dari kelompok Bali dan Sulawesi.

Keinginan menghadirkan Nusantara di Jambuluwuk pun terlihat serius dengan dipampangnya peta Sumatra di vila yang saya tempati, serta jam gadang di mukanya.

Mumpung matahari masih tersisa, nyebur jadi aktivitas mengisi sore yang menyegarkan. Berenang biasanya tak jadi pilihan para pelancong di Puncak. Namun karena Jambuluwuk berlokasi di Puncak, air kolam tak akan terlampau menyiksa, terasa sejuk, tak terlampau dingin, bahkan di sore sekali pun.

Ketika hari mulai gelap, aneka fasilitas dan alat-alat di dapur bisa menjadi perekat kebersamaan dengan orang-orang tersayang yang dibawa serta. Membuat nasi goreng, menyeduh kopi hangat, sambil menikmati bunyi serangga dan katak akan menjadi pengalaman istimewa buat mereka yang malamnya terbiasa diisi kebisingan kota.

Memancing bawal
Pagi menjelang, udara sejuk tak terlampau menggigit, saatnya menguji peruntungan di kolam ikan dengan memancing ikan bawal dan gurami. Setiap pekannya, kata Juni, tim pengelola resor menanam puluhan ton ikan dalam kolam berukuran 200 meter persegi itu.

Penyewa vila jika memesan tempat menginapnya lewat agen pemesanan daring tertentu akan mendapat kupon sebagai tiket memancing gratis di sini. Namun, fasilitas ini juga dapat dinikmati penyewa lainnya dengan membayar untuk setiap kilogram ikan yang didapat.

Seusai dipancing, ikan pun bisa dinikmati. Berikan pada tim dapur Jambuluwuk dan ikan bakar atau goreng pun bisa dinikmati dengan nasi panas dan sambal kecap nan sedap.

Saya cukup beruntung. Dua kilogram ikan bawal dan dua ikan gurami berukuran kecil bisa diangkat dari kolam tanpa perjuangan menanti yang hebat. Buat anak-anak, tentu pengalaman memancing ini bisa jadi kisah seru.

Wahana outbound
Di area pancing, beberapa kali melintas pengunjung yang meluncur cepat dari wahana flying fox. Ya, di sini, resor memang bukan cuma penginapan, melainkan juga aneka wahana. Bahkan, tanpa perlu mengeluarkan kendaraan selama menginap, hari akan terasa padat dengan berbagai pilihan aktivitas.

Aneka wahana outboud lain pun bisa dijajal satu per satu di sini, mulai jembatan kayu yang terletak di ketinggian hingga jala yang menjulang.

Seusai menguji nyali di berbagai arena ketinggian, saatnya mencoba trek all terrain vehicle (ATV), kendaraan roda empat dengan sistem kemudi mirip motor dan mampu melahap aneka medan. Di sini, medan yang disediakan berupa turunan dan tanjakan yang di beberapa areanya cukup terjal, tapi terbilang aman untuk dijalani seorang anak dengan dipandu orangtua di belakang kemudinya.

Sensasi terjal yang berpadu kekuatan mesin ATV membelah trek cukup memacu adrenalin sehingga ketika tiba di garis finis, saya bisa bersantai sejenak di The Club House, area restoran dengan konsep terbuka, yang terletak di dekatnya.

Ubin-ubin vintage ala rumah tua, interior yang apik, dan lengkapnya pilihan menu di sana bisa menjadi jeda yang seru sebelum waktu berkemas tiba.

Dari teras The Club House, panorama Jambuluwuk terpampang di mata. Aneka pohon pinus sengaja ditanam untuk menahan air dan tanah karena kontur tanahnya terbilang naik turun.

Setelah berjalan belasan meter, bisa pula ditemui pohon damar, pohon kayu putih yang lapisan kulit batangnya bisa dikelupas dan berdaun harum, dadap, serta asam, dan petai tengah berbuah lebat. Ada pula cemara angin yang menjulang, sebagai penyerap air, yang ditata dalam harmoni warna dan bentuk dengan tanaman lain.

Ketelitian merawat alam agar acara rehat bisa jadi wahana edukasi memacu Jambuluwuk terus bertumbuh. Kampung Jambuluwuk di Ciawi kemudian menjadi nama merek buat empat resor dan hotel berkonsep serupa. Hikayat teduhnya Jambuluwuk pun terbawa cerita para pelancong hingga lintas negara. (M-2)

[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya