TIAP hari masyarakat Indonesia banyak yang terhubung dengan Facebook, Instagram, dan Whatsapp untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan kolega dan kerabat. Namun ketika melakukan kegiatan tersebut mereka masih belum memahami hak sebagai pengguna untuk mengendalikan privasi konten ingin dibagikan dengan siapa saja serta keamanan akun.
Naodhy Valdryno Manajer Kampanye Kebijakan Privasi Facebook Indonesia mengatakan menjaga privasi menjadi hal penting dalam bersosial medial. Bila tidak jeli, ada saja kemungkinan oknum-oknum tertentu akan memanfaatkannya untuk hal yang tidak baik. "Maka setiap penggguna sebaiknya mengerti bagaimana mengaturnya dan mengendalikan fitur privasi," ujar Valdryno beberapa waktu lalu.
Dalam sosial media Facebook Group, yakni Facebook, Instagram dan Whatsapp, pengguna sebaiknya memahami hak masing-masing untuk mengendalikan keamanan privasi dan kepada siapa pesan atau konten akan dibagikan. Pada aplikasi mobile Facebook, Anda dapat melihat pada ikon tiga garis di kanan bawah layar, kemudian scroll layar ke bawah dan klik Pengaturan & Privasi lalu Pintasan Privasi.
Di sini pengguna dapat mengontrol dengan siapa ingin berbagi konten, mulai dari tinjau beberapa pengaturan privasi penting, kelola pengaturan lokasi, mendapatkan peringatan tentang login tidak dikenal melalui otentifikasi dua faktor, meninjau pengaturan iklan yang muncul, siapa saja yang bisa mengakses informasi umum pribadi Anda, hingga mengatur pihak ketiga aplikasi lain atau situs lain yang diizinkan terhubung dari Facebook.
Pada aplikasi Instagram, pada profil Anda, silakan klik ikon di pojok kanan bawah, lalu klik ikon tiga garis di kanan atas. Kemudian pilih pengaturan di bawah menu, dan pilih privasi untuk mengatur dengan siapa-siapa saja Anda ingin membagi konten. Sedangkan pada pilihan keamanan, berfungsi untuk memastikan akun Anda tidak dicuri oleh peretas.
Dobel otentifikasi atau keamanan ganda ini ini akan mengirimkan kode melalui sms untuk aktivasi, kemudian pengguna akan mendapatkan sejumlah kode yang bisa digunakan masing-masing satu kali, untuk pemulihan akun bila ada yang mencoba meretasnya.
Sedangkan pada aplikasi Whatsapp, keamanan ganda ini berupa end-to-end encryption (e2e). Sistem keamanan ini membuat data hanya bisa dibaca dua ujung saja, pengirim dan penerima. Dengan begitu, pesan, video dan foto yang pengguna kirimkan via WhatsApp tidak bisa dibaca oleh orang lain. lni termasuk oleh WhatsApp, penjahat cyber, juga Iembaga penegak hukum. Kunci enkripsi tidak pernah disimpan. Setiap pesan memperoleh kunci publik baru. Anda-Iah yang menyediakan kunci publik itu dengan mencocokkan kunci privat yang dibuat dengan lawan bicara.
Dengan memahami hak untuk mengatur privasi ketika bersosial media, pengguna menjadi bertanggung jawab atas pilihan untuk melanjutkan akses kepada aplikasi ataupun pihak ketiga yang terhubung dengan masing-masing aplikasi,yang umumnya meminta izin persetujuan otoritasi log-in dari situs facebook, dan instagram. Berdasarkan data dari World's Biggest Data Breaches and hacks, per 1 April 2019, kebocoran data terjadi di berbagai sektor seperti finansial, web, aplikasi, retail, media, dan lain sebagainya.
Kebocoran data paling banyak dialami oleh perusahaan First American Financial Corporation yakni 885 juta yang disebabkan oleh keamanan yang rendah. Sementara, posisi kedua ditempati oleh Facebook yang kehilangan data pengguna sebanyak 419 juta. Facebook juga mengalami kebocoran data pengguna dikarenakan keamanan yang rendah. Sementara, posisi kesepuluh ditempati oleh YouNow, dimana kebocoran data hingga 40 juta disebabkan oleh pembobolan/peretasan. (hacked). (M-1)