Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
PANTAI-PANTAI dengan pasir putih yang nyaris tak terputus melingkari gugusan pantai, bukit, hingga pegunungan yang menyajikan hamparan hijau dan udara yang nyaman buat beraktivitas di luar ruang. Tak kalah cantiknya, pesona kultur yang terpelihara antargenerasi yang menghasilkan kain-kain indah juga tradisi autentik. Itulah pesona Nusa Tenggara Barat (NTB) yang populer disapa Lombok, yang sebenarnya ialah nama pulau terbesar di salah satu provinsi di timur ini. Boleh saja bilang jika daftar pesona itu bisa ditemui di penjuru-penjuru lain negeri ini. Paduan antara pantai, gunung, kultur, termasuk makanan-makanan enak, lazim ditemui para pelancong di Nusantara. Namun, tentu ada mantra istimewa yang kemudian membuat Lombok meraih dua penghargaan sekaligus dalam World Halal Travel Award 2015 di Uni Emirat Arab di penghujung 2015, yaitu World's Best Halal Tourism Destination serta World’s Best Halal Honeymoon Destination. Terlebih, Lombok sukses menyingkirkan Malaysia dan Turki.
Anugerah itu kemudian menjadi pemicu berbagai langkah pembenahan. Namun, bagi para pelancong, terutama yang muslim, penghargaan itu cuma akan jadi pembicaraan ringan semata. Pengalaman yang bisa dibawa pulang, jauh lebih bermakna. Banyak pilihan Mendarat di Bandar Udara Internasional Lombok, pilihannya ialah menjelajah gunung, pantai, atau kultur terlebih dahulu. Tentu, dengan agenda tak kalah penting terselip, di antaranya menikmati ayam taliwang, pelecing kangkung, dan sate rembiga langsung di tanah tempat tradisi mengolah hasil alam lokal itu berasal. Berpenduduk Islam 96%, membuat semua destinasi dan aktivitas itu bisa nyaman dan seru dilakukan pelancong muslim, termasuk mereka yang berpakaian menutup aurat. Jika hangatnya udara pantai, pasir putih dengan hamparan karang yang diburu pertama, dari Bandar Udara di Praya, arahkan kendaraan ke Pelabuhan Bangsal. Pelabuhan ini menjadi penghubung Pulau Lombok dengan tiga pulau kecil yang termasyhur, Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air.
Setelah dua jam menyusuri panorama desa, kota, kawasan pantai di Senggigi yang juga jadi favorit para pelancong, hingga kawasan hutan yang rimbun dengan monyetmonyet ekor panjang berjejer di sepanjang jalan, pelabuhan dengan aneka opsi tarif, dan fasilitas pun bisa dijumpai. Pilihannya, menuju ke Gili Trawangan dengan ongkos Rp15 ribu dengan kapal umum hingga Rp400 ribu untuk kapal cepat carteran. Jika Gili Trawangan riuh oleh para pelancong, seperti dua gili lainnya, juga tak boleh dilewati kendaraan bermesin, Gili Meno
dan Gili Air lebih menenangkan. Opsi yang ditawarkan lebih lengkap di Trawangan, bisa memilih penginapan sederhana hingga premium. Namun, untuk berpelesir bersama keluarga, Gili Air dan Meno jauh lebih nyaman. Aktivitas bersepeda, snorkeling, hingga menyelam bisa dilakukan di sekitar pulau-pulau itu.
Kendati ketiga Gili ini menjadi favorit pelancong berkulit putih, suasana yang tercipta dari interaksi mereka dengan kultur lokal membuat panoramanya tak identik dengan Bali. Pemandu dan penduduk lokal akan menunjukkan wilayah yang paling nyaman dieksplorasi oleh seisi keluarga, termasuk para belia. Ke depan, pengaturan area mungkin akan membuat Gili lebih bersahabat buat wisatawan muslim. Islam bertemu tradisi Puas menikmati Gili, mari beranjak kembali ke Mataram. Mampirlah di Desa Sade, perkampungan suku Sasak, etnik lokal
Lombok di kawasan Rembitan. Jarak tempuhnya 30 kilometer saja, dengan jalanan yang mulus dan lengang.
Pertemuan antara tradisi dengan kesigapan menyambut para turis yang datang silih berganti ke kampung yang penduduknya muslim, tetapi masih lekat dengan berbagai tradisi warisan leluhur. Hangat, ramah juga terbuka. Buat penyuka kisah keanekaragaman Islam, dapat menuntaskan rasa ingin tahu bagaimana kultur, Islam dan kekinian berpadu. Penduduk tak segan menyilakan turis masuk ke rumahnya yang dibangun dari bambu dan dinaungi ijuk tanpa menyertakan paku dalam pembangunannya, beralaskan tanah. Luangkan waktu paling sedikit satu jam agar semua lorong-lorong kecil di desa dengan bangunan padat itu bisa tuntas dieksplorasi plus mengobrol dengan penduduk desa. Kain-kain tenunan hingga kalung-kalung kayu dan bambu bisa jadi buah tangan penambat kenangan.
Gambaran surga
Wajah Lombok nan sejuk, rimbun dengan air jernih yang mengalir hingga terjun deras, yang pastinya jadi favorit turis Timur tengah yang berburu panorama hijau itu ke Puncak, Jawa Barat, patut mendatangi Sendang Gile dan Tiu Kelep yang berada di kaki Gunung Rinjani. Berjarak tempuh 2,5 jam dari Mata ram dan harus ditebus dengan jalan kaki selama 15 dan 45 menit dari pintu gerbang, air terjun dengan kabut air di sekitarnya jatuh bertingkat-tingkat. Airnya jernih, sejuk, dan sayang jika tak nyemplung di sana. Siapkan kamera dan panorama Tiu Kelep yang menjadi sampul majalah Halal Travel dengan judul Lombok, Indonesia’s Halal Jewel juga bisa kita diabadikan dengan sosok kita tengah menikmati arusnya.
Ke depan, berbagai agenda pengembangan wisata syariah yang dirilis Kementrian Pariwisata berupa sistem dan regulasi khusus untuk memberikan ketenangan, keamanan, dan kenyamanan untuk wisata syariah atau halal, termasuk bagi mereka yang membawa keluarga tentu akan membuat NTB juara di hati para pelancong! Hotel, restoran akan diberikan label halal, termasuk penyediaan jasa biro perjalanan khusus pelesir halal. Untuk menjamin kualitasnya, sertifi kasi halal akan dikeluarkan Dewan Syariah Nasional (DSN), Majelis Ulama
Indonesia (MUI), dan LP POM, termasuk dirilisnya istilah Hilal untuk hotel syariah. Jalan-jalan halal, pelesir asyik! (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved