Orkestrasi Gatotkaca

(zuq/M-4)
24/1/2016 08:40
Orkestrasi Gatotkaca
(FOTO: CHANDRA YAASIN)

TIBA-TIBA lampu dimatikan. Tidak ada cahaya sama sekali. Tadinya masih ada sedikit sinar untuk sekadar melihat raut muka penonton. Sekarang hanya ada cahaya dari layar gadget dari beberapa penonton yang masih menyala. Suasana gulita tidak bertahan lama. Seketika seusai gong ditabuh, cahaya lampu sorot berdiameter 2 meter serta-merta menyala. Lalu sesosok pria berdiri di tengah panggung, tepat di bawah cahaya lampu sorot. Ia mengenakan kostum ala pewayangan. Mudah dikenali, ia memakai busana Gatotkaca, kesatria
Pringgondani putra Bima dan Dewi Arimbi, lengkap dengan caping basunanda dan kotang antrakusuma. Uniknya, meski dengan make-up muka sangar dan kumis serta jambang menjalar, Gatotkaca malah membawa biola. Sebab, malam itu, Gatotkaca tidak membela Pandawa di medan Kurusetra.

Dia sedang berkonser musik. Sosok dengan pakaian Gatotkaca ialah Muhamad Nurjaman, pemain biola yang juga pegiat kesenian
wayang orang. Dengan bertema Radio Hits Concert, Kang Jaman (sapaan Muhamad Nurjaman) berpentas musik dengan berkolaborasi beberapa komunitas tradisi. Pentas dihelat di Taman Ismail Marzuki, 16 Januari 2016. Seperti alat musik bercampur, pemain berpesta nada dengan mengharmoni alat musik etnik dan musik modern. Gamelan Jawa dan gamelan Bali mampu berserasi bunyi dengan terompet, biola, selo, dan sejumlah instrumen lainnya.

Turut juga yang menembang beberapa langgam. Sebagai pembuka, solo biola ala Kang Jaman menjadi pemandu dalam konser itu. Konser paduan musik etnik dan modern itu bernuasa cukup unik. Sebab mereka juga memainkan karakter pewayangan. Maklum saja, beberapa di antara pemain ialah para wayang yang aktif bermain di kelompok Wayang Orang Bharata. Kali ini para niyaga (penabuh gamelan/pengrawit) tergabung dalam Etnic Java Collaboration (EJ'aC). Karakter Bagong, Petruk, dan Gareng muncul untuk menampilkan suasana humor. Mereka sering muncul di jeda lagu, sekadar mencairkan suasana dengan banyolan khas pertunjukan wayang orang.

Apalagi, karena ditambah karakter Sengkuni, suasana humor jadi lebih hidup. Sebab, jika biasa dilakonkan sebagai culas dan licik, sosok Sengkuni dalam konser kali ini sangat berbeda. Ia lebih sering dijadikan bulan-bulanan oleh Punakawan. Petruk berpura menjadi konduktor. Dengan bergaya profesional, ia naik ke atas level. Tawa penonton meledak saat tahu Petruk tanpa tongkat konduktor. Ia hanya bermodal sendok dan centong. 'Lha kok pake sendok, ' ujar salah seorang penonton yang duduk di sayap utara panggung. Ia berkata demikian sembari membekapkan tangan ke mulut yang rupanya tak mampu menahan tawa.

Masih dalam rangkaian konser, gamelan juga tak melulu memainkan tembang dengan alunan sayup. Lebih sering malah alunan menghentak dan energik. Bahkan, gamelan pengiring pun digarap sedemikian rupa saat memainkan lagu milik Guns N' Roses berjudul Sweet Child O' Mine dan Titanium (David Guetta). Gamelan ala EJ’aC sukses berharmoni dengan Gatot Kies n Friends. Pentas berlangsung sekitar 2 jam, berakhir dengan sesi jam session selama kurang lebih 15 menit. Radio Hits Concert mengambil tema dan konsep unik. Selain sukses mengawinkan nada berbagai alat musik tradisi dan modern, mereka juga mampu memadukan seni musik dan seni peran. Hasilnya sebuah panggung musik serentak panggung humor yang menghibur. (zuq/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya