Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
MEJA dan bangku-bangku kayu panjang berpotongan kasar menghias teras depan rumah Sancaya Rini. Meski tidak seperti kursi dan meja tamu umumnya yang mungil, set meja dan bangku yang besar layaknya di rumah makan itu justru menciptakan nuansa santai, membuat betah menikmati semilir angin dari halaman yang luas nan rindang. Rini, panggilan akrab sang pemilik rumah di daerah Pamulang, Tangerang Selatan, mengaku seperti itu kesenangannya di waktu senggang. Dari bangku itu, ia menyegarkan mata memandang pekarangan seluas sekitar 100 meter persegi yang rimbun dengan pohon rambutan, kamboja, anggrek, kelengkeng, hingga pinus. Usia pohon-pohon itu banyak yang sudah mencapai puluhan tahun.
Jika pohon sudah tua dan akhirnya roboh, Rini tidak membuang begitu saja. Hal ini pula yang menjadi kisah di balik set kursi di teras tersebut. "Itu dari hasil olahan batang pohon nangka yang rubuh yang ada di halaman," ujar pemilik Creative Kanawida, perusahaan batik dengan warna alami itu. Rupanya prinsip cinta lingkungan dan berhemat sumber daya tidak hanya untuk produk usahanya. Menerima kedatangan Media Indonesia, Jumat (22/1), Rini menunjukkan bekas pohon nangka tersebut bukan hanya membuahkan satu set furnitur. Kayu nangka yang berkualitas bagus itu juga diolah menjadi beberapa kursi di ruang keluarga. Bahkan, kanopi dan atap juga memanfaatkan kayu dari halaman.
Furnitur 'buah' halaman itu berpadu serasi dengan furnitur kayu lain yang dikumpulkan Rini dari berbagai daerah. Ada lemari unik dari Bogor, meja dari Yogyakarta, bangku santai dari Semarang, lemari serbaguna, dan lampu gantung meja makan yang berhasil Ia dapat ketika masih tinggal di Aceh. "Dari awal membangun rumah ini memang saya sudah siapkan sepertiga luas tanahnya untuk menanam pohon sehingga fungsi pohon itu bisa saya gunakan untuk pengganti kanopi atau atap yang biasa dibuat dari besi," ungkap Rini soal rumah dengan
luas tanah 1400 meter persegi itu. Dari luas ini hanya 150 meter perseginya digunakan untuk bangunan.
Sebab itu pula ada halaman tidak kalah lapang di belakang. Rini menjelaskan konsep rumah tropis dengan halaman lapang tersebut diwujudkan pada 1999. "Rumah konsep tropis yang saya buat ini terdiri dari banyak pohon, aksen furnitur kayu, banyak jendela, dan kisi-kisi rumah. Dan sangat jarang saya gunakan besi untuk penggunaan bahan dan perabotan rumah kecuali teralis," jelas perempuan yang menggunakan tumbuh-tumbuhan di pekarangan itu sebagai bagian pewarna batik. Semua kusen, pintu, rangka bangunan, dan furnitur terbuat dari kayu berwarna cokelat. Bahan kayu dan aksen warna cokelat dinilai Rini bisa membuat isi rumah menjadi lebih nyaman dan sejuk.
Sepanjang pagi hingga tengah siang itu pintu rumah Rini juga dibiarkan tetap terbuka. Ditambah tinggi rumah yang mencapai 6 meter, angin pun leluasa berhembus. Meski di luar terik, udara dalam rumah tetap sejuk layaknya sedang mendung. Sementara itu, berbagai macam furnitur kayu yang ada di rumahnya juga didapat dari hasil berburu di berbagai macam daerah di Indonesia, seperti lemari kayu unik yang ada di ruang tamu didapatnya dari Bogor. Rumah Batik Di satu sudut kediaman itu terdapat ruangan seluas 30 meter persegi tempat para pembatik berkarya. "Di samping rumah yang tanahnya dulu saya hanya jadikan sebagai kebun. Nah daripada kosong, jadi saya buat ruangan kecil untuk membuat kain batik," ujar Rini.
Berupa sekatan semi setengah bangunan, di ruangan itu kita dapat melihat keseluruhan proses membatik, termasuk perendaman dengan berbagai warna alam. Pagi itu, ditemani pemandangan rindang pohon, para pekerja tampak sangat rileks menggambar di atas kain. Tempat tinggal para pegawai itu sendiri ada di lantai dua. "Saya tidak memasang pintu atau menutup bangunan tersebut agar bisa menciptakan suasana santai dalam bekerja. Sudah gitu, udara juga bisa lebih bebas mengalir ketika para pegawai saya bekerja," kata Rini yang hasil karya batiknya itu sudah banyak beredar di berbagai tempat pembelanjaan Jakarta.
Ke depan, tanah kosong seluas ratusan meter di rumah Rini itu rencananya akan digunakan olehnya untuk membuat sebuah pendopo yang bisa dijadikan anak-anaknya melakukan banyak kegiatan dan berkarya seperti melukis serta bermain musik. “Ke depannya sudah berencana membuat sebuah ruangan yang bisa digunakan anakanak saya untuk berkarya. Namun, itu belum tahu kapan, masih mencari-cari bahan dan biayanya,” pungkas Rini. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved