Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Meraup Rezeki di Dinding

MI/Abdillah Marzuqi
24/1/2016 02:15
Meraup Rezeki di Dinding
(FOTO: MI/ARYA MANGGALA)

DARI kertas beralih ke kanvas. Dulu kanvas, sekarang dinding. Itulah yang dilakoni Andy Prasetiya. Meski sama-sama melukis/menggambar, kegiatan yang dilakukannya menggunakan medium berbeda. Ia kini bergerak sebagai penyedia jasa mural atau lukis dinding. Hasil karya orang-orang seperti Andy ini, misalnya, dapat Anda lihat pada taman kanak-kanak (TK). Andy mulai menekuni profesi itu pada 2009. Saat itu ia tengah melukis rumahnya. Bersamaan dengan proses itu, ia kedatangan tamu seorang guru TK (taman kanak-kanak). Merasa tertarik dengan karya Andy, guru TK itu meminta dia menggambar dinding di sekolah tempatnya mengajar. Gayung bersambut.

Andy merasa nyaman dengan prosesi melukis dinding. Ia pun memutuskan terjun dalam pekerjaan itu. "Daya tarik di mural justru makin kepingin kami tekuni," kata Andy yang kini dibantu beberapa temannya. Saat Media Indonesia berkunjung ke lokasi garapannya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta, pekan lalu, Andy tampak asik menyapukan kuas ke dinding. Ia dan tiga rekannya seolah sudah tahu model yang bakal digambar. Mereka larut dengan kuas dan cat masing-masing seakan mereka menghadapi kanvas besar berukuran 16 x 3 meter.
Dengan lincah Andy menaiki perancah yang diletakkan di depan dinding. Dua tingkat peracah disusun tepat di sisi sebelah pintu masuk ruangan.

Dua orang menggarap bagian atas dan dua bagian bawah. Andy kebetulan kebagian menggambar bagian atas sisi kiri. Sedianya ruangan itu bakal dipakai untuk kafe sekaligus tempat latih kungfu sehingga nuansa gambar yang dihadirkan pun mencerminkan bela diri asal Tiongkok itu. Gambar itu sudah selesai sebagian. Gambar lapis pertama rampung, tinggal beberapa gambar lagi harus ditambahkan. Sebab, gambar yang bakal dibuat ialah tiga dimensi. "Itu masih belum selesai," ujar Andy sembari menggeser laptop. "Rencananya kaya gini," terusnya sambil menunjuk gambar di dalamnya. Berikutnya ia menggambar bangunan mirip saung bergaya Tiongkok. Beberapa orang yang tengah berbincang dengan posisi duduk dan berdiri di dalam saung, sedangkan di luar saung, ada beberapa orang tengah memeragakan gerakan kungfu dengan latar pohon dan rumput hijau.

Meski kini sering dapat order, Andy mengaku tak mudah memulai usahanya. Ia bersama rekan setim harus rela menahan lapar. Cukup lama Andy harus tertatih untuk menggembangkan usaha jasa mural, sekitar 5 tahun, mulai usaha 2009 sampai 2013. Menunggu bola tampaknya bukan cara yang dipilih Andy. Pada masa awal, ia serius membangun pasar. Ia berkeliling mendatangi kafe, hotel, dan perumahan untuk menawarkan jasa muralnya. Ada yang diterima, banyak pula yang ditolak. Saat itu seni mural belum semeriah sekarang.
Peminat lukisan dinding masih sedikit.

Konsisten
Konsisten dengan pilihan usaha dan pantang putus membangun pasar membuat usahanya semakin berkembang seiring dengan sambutan masyarakat terhadap seni mural. Pada 2014 usahanya menampak hasil. Ia mulai kebanjiran order, bukan hanya dari pihak kafe, melainkan juga hotel dan rumah pribadi turut meminati jasanya. Kini omzetnya mencapai kisaran 60 juta per bulan. Pasarnya semakin luas. Untuk itu, ia mulai berpikir untuk sedikit mengubah stretegi pemasaran. Tadinya ia hanya berdasarkan 'getok tular' dari mulut ke mulut. Namun, saat ini Andy bersama rekannya menggelola dua situs, yakni lukisdinding.net dan andymural.com. Bahkan, saat ini ia mengaku kewalahan dengan order yang menumpuk.

Terpaksa beberapa pesanan klien ditolaknya. Ada beberapa jenis lukisan yang bisa dikerjakan Andy dkk, di antaranya lukis dinding tiga dimensi, lukis dinding ruang keluarga, lukis dinding sekolahan, lukis dinding kafe, lukis dinding objek wisata, dan lukis dinding plafon. Harga yang ditawarkan pun bervariasi, bergantung pada tingkat kesulitan dan desain. Desain sederhana dibanderol Rp300 ribu per meter. Harga itu bisa bertambah sesuai dengan desain yang diminta konsumen. "Itu kosumen sudah terima bersih. Bahan dan desain dari kami. Konsumen tinggal nyediain tempat sama jadwal pelukisan," terang Andy. Biasanya Andy memulai dengan melihat medan gambar.

Setelah itu, ia berbincang dengan klien tentang konsep lukisannya, kemudian ia membuat desain. Setelah semua setuju dengan desain dan sepakat dalam harga, pengerjaan pun bermula. Tidak butuh waktu lama bagi Andy bersama timnya untuk merampungkan orderan. Untuk lukisan dinding seluas 14 x 3 meter, misalnya, ia hanya butuh waktu tiga hari. Gambar itu menempel di dinding sebuah kafe (Mr Cuan) di bilangan Jakarta Utara. Ia menggambar kartun berlatar Tiongkok zaman dulu. Jalan besar tanpa kendaraan serta bangunan rapi berada di dua sisi. Beberapa meja dan kursi disusun berbaris di depan bangunan. Sekaligus beberapa orang tengah menggobrol santai.

Menikmati minuman ringan sembari berkumpul dan berbincang dengan sesamanya. Meski pembuatannya tak terlalu memakan waktu lama, bukan berarti gambar yang dibuatnya asal-asalan dengan kualitas seadanya. Salah seorang pengguna jasa mengungkap kepuasaan terhadap karya Andy. "Puas banget," ujar Stanley Prakasa, salah seorang konsumen Andy. Andy mengaku tidak banyak mengalami kendala dalam menekuni profesinya. Sebab, ia berangkat dari hobi menggambar. Jadi, meski saat tertatih membangun usaha, ia tetap merasa itu bukanlah duka. "Dukanya itu banyak curanrek (pencurian korek) di sini," ujarnya sembari tertawa. Kontan saja ucapan Andy dibalas tawa oleh rekan setimnya. Sampai saat ini ia mengaku masih memendam cita-cita. Cukup unik memang keinginan Andy. Ia ingin menggambar di Monas (Monumen Nasional). Bukan dengan latar keindahan alam Indonesia, melainkan dengan wajah koruptor di negeri ini. "Biar orang se-Indonesia tahu kalau itu koruptor," tandasnya. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik