Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
KICK Andy selalu lekat dengan kisah sukses dan selalu inspiratif. Program ini punya begitu banyak cerita sosok penuh semangat dan keyakinan bahwa setiap orang berhak untuk menggapai mimpinya masing-masing. Terlepas dari status sosial, pendidikan, maupun keterbatasan fisik yang mereka miliki, asal mau berusaha, keberhasilan bukanlah sesuatu hal yang mustahil untuk diraih siapa saja.
Seperti dalam episode Semua Indah pada Waktunya kali ini, Kick Andy mencoba menghadirkan Esra Manurung. Ia seseorang yang terlahir dari keluarga miskin dan tinggal di daerah kumuh, Cilincing, Jakarta Utara, yang telah membuktikan kesuksesannya sebagai Co-Founder Asuransi Manulife.
Esra yang saat ini telah dikaruniai dua anak, selain telah berhasil di bidang asuransi juga kerap diundang sebagai pembicara di dalam dan luar negeri. Kesuksesan sungguh jauh dari bayangannya karena dahulu sering merasa kesusahan, bahkan saat untuk mencari makan bersama adik-adiknya. Esra mengaku sempat merasa ingin bunuh diri setiap hari karena tak sanggup menanggung beban hidup yang ia miliki.
Namun, sebagaimana telah disinggung sejak awal tadi, kondisi hidup Esra saat ini sudah jauh berubah. Ia bahkan sudah tercatat sebagai bagian atau lebih tepatnya menjadi duta Million Dollar Round Table (MDRT), yaitu sebuah asosiasi agen asuransi tingkat dunia yang telah mencapai prestasi baik dalam pencapaian bisnis maupun etik. Tidak tanggung-tanggung, Esra telah menjabat sebagai duta asosiasi tersebut selama 14 tahun berturut-turut hingga saat ini.
Esra bisa dibilang ialah salah satu orang yang tidak kenal menyerah sejak kecil. Ia tumbuh tanpa adanya seorang ibu, lantaran meninggal dunia ketika melahirkan adiknya. Cobaan demi cobaan datang silih berganti, bahkan ketika ia akhirnya ditinggal pergi sang ayah, dan akibat hal itu pula ia harus menafkahi adik-adiknya.
"Mereka ialah pasangan yang sangat akrab. Waktu mama tidak ada, dia seperti kehilangan arah, guncang, lalu hilang. Pergi begitu saja entah ke mana. Saat itu apa yang saya rasakan bersama adik-adik ya hanya gelap saja, seperti mati lampu," kata Esra mengenang masa kecilnya.
Haus belajar
Namun, haus akan belajar nyatanya telah membuat Esra mampu mengatasi segala macam cobaan di hidupnya. Bagi sang mentor, Markus Simanjuntak, Esra ialah seseorang yang lekat keberadaannya dengan sosok pemimpi. "Bukan sekadar mimpi kosong, melainkan mimpi yang memiliki cara untuk mewujudkan walau hanya dengan satu demi satu langkah. Seperti suatu saat, ia ingin menjadi pembicara publik, lalu dia mulai dengan membagikan mimpinya kepada saya dan istri saya. Kadang telepon malam-malam untuk cerita mimpinya, bahkan boleh dibilang Esra memulai mimpinya bukan dari nol, melainkan dari minus. Dari minus itu juga dia bisa melampaui titik nol hingga sampai pada taraf yang saat ini," tuturnya.
Walau telah berhasil, Estra tetap tidak lupa dengan asalnya. Ia mendirikan Yayasan Maharani Kirana Pertiwi bersama keluarga untuk memberikan edukasi terutama kepada perempuan yang tinggal di kawasan pinggiran. Hal itu ia lakukan karena baginya hidup susah ialah pelajaran besar untuk pertumbuhan mental yang kuat.
Melalui yayasan tersebut pula, Esra ingin menyelamatkan perempuan yang dewasa ini merasa sering putus harapan akan hidupnya. Esra mengajari mereka merangkai bunga bekas hingga kemudian memiliki nilai jual. Kepada para perempuan, Esra berpesan bahwa setiap uluran tangan itu dapat membuat suatu barang yang selama ini terlupakan menjadi semakin berharga.
Esra juga mengenalkan tujuh pilar utama kepada para perempuan melalui Yayasan Maharani Kirana Pertiwi. Tujuh pilar itu terdiri dari doa, sehat, keluarga, keuangan, kreativitas, pendidikan, dan pelayanan. Dalam pandangan Esra, sehebat-hebatnya manusia, ia akan lebih berarti jika hidup sebagai pelayan dan bukan yang dilayani.
Esra mengawali kariernya dengan bekerja di sebuah bank setelah lulus kuliah. Namun demikian, ia merasa tidak cocok dengan pekerjaan tersebut hingga akhirnya memutuskan untuk keluar dan mencari pekerjaan lain. "Saya tidak cocok di bank karena di belakang meja. Jadi selama sembilan tahun itu saya tidak pernah naik pangkat sehingga membuat saya stres. Lalu, suami memberi saran kepada saya supaya kerja itu tidak hanya mencari uang, tetapi juga sekaligus belajar, dan kemudian saya keluarlah dari situ," terang Esra.
Modifikasi gagasan
Bagi Esra, setiap pekerjaan memiliki solusinya masing-masing yang dapat dipelajari termasuk di bidang asuransi. Setidaknya, kata Esra, ada tiga hal yang patut dimengerti setiap orang jika ia ingin menjadi ahli di bidangnya masing-masing. Pertama, kenali betul jenis industri yang sedang digeluti, dan cari orang-orang ahli di dalamnya, kemudian tiru hingga modifikasi gagasannya. Setelah itu, kedua, pahami klien industrinya, kenali orang yang sedang menikmati layanannya agar mengerti apa kebutuhannya.
Kemudian, yang terakhir atau ketiga, mengenali diri sendiri ialah salah satu aspek yang tidak kalah penting untuk mendukung kesuksesan seseorang. Menurut Esra, jika seseorang sudah mengetahui dirinya, ia akan sadar bahwa dirinya itu sebenarnya mahakarya, dan dari situ pula ia dapat mewujudkan mimpinya.
"Presiden Soekarno pernah bilang bermimpilah setinggi langit. Sekalipun itu mustahil, setidaknya nanti kita akan jatuh di antara bintang-bintang," tutur Esra, ketika diminta Pembawa Acara Kick Andy, Andy F Noya, untuk memberikan sedikit motivasi kepada para penonton agar semakin giat meraih mimpi dan cita-citanya. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved