Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
SUASANA bising lalu lalang mobil dan motor dari pusat kota menuju Pelabuhan Tengkayu II serta teriknya Kota Tarakan, Kalimantan Utara, mendadak berubah saat memasuki pintu Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) di Jl Gajah Mada. Suasana rimbun dan tenang dari ribuan pohon mangrove yang tinggi langsung menyambut Anda. Suara burung berkicau bak menyapa para pengunjung yang datang. Itu termasuk beberapa elang bondol yang ada di kandang yang terletak tidak terlalu jauh dari pintu masuk.
Pemandangan akar-akar mangrove yang saling bersilang tinggi langsung menyita perhatian. Sinar matahari pun bak mengintip di sela-sela dedaunan pohon mangrove yang cukup tinggi. Jalan jembatan papan kayu ulin bak dermaga membelah hutan mangrove itu. Jalan itu didesain mengitari kawasan seluas 22 hektare (ha) itu. Di kawasan yang diresmikan 5 Juni 2003 itu tersedia 22 jenis mangrove yang tumbuh subur. Di antaranya ialah bakau panggang, bakau merah, mutut besar, bius, mentigi, dan prepat. Bila pengunjung penasaran tentang jenis mangrove apa saja yang ada, sejumlah papan informasi juga terpasang di pohon bakau untuk menjelaskan jenis pohon.
Namun, yang menjadi primadona di KKMB bukan semata mangrove, melainkan monyet berhidung panjang dengan rambut cokelat. Ya, bekantan (Nasalis larvatus) merupakan penghuni KKMB yang paling banyak dicari pengunjung. Ada 36 bekantan dengan 2 di antaranya masih bayi. "Awalnya di sini cuma ada enam bekantan yang didatangkan dari Berau, sekarang sudah berkembang. Ada dua yang baru lahir," ujar Syamsul Ari PF petugas KKMB di Tarakan, Sabtu (19/9).
Berkelompok
Bekantan hidup secara berkelompok. Di KKMB ada dua kelompok bekantan. Satu kelompok terdiri dari 8-12 bekantan. "Tapi satu bekantan jantan dewasa mulai unjuk gigi. Untuk jadi ketua, dia harus bisa mengalahkan ketua kelompoknya dulu, ha ha ha ha," ujar Syamsul. Bekantan jantan memiliki tubuh dan hidung yang lebih besar daripada betina. Ukuran bekantan jantan dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Monyet betina berukuran 60 cm dengan berat 12 kg.
Monyet berbulu cokelat itu menyukai daun bakau jenis perpat (Sonneratia alba). Namun, setiap hari pihak KKMB juga memberikan makanan berupa pisang ambon yang masih mengkal. Pisang tersebut diletakkan di beberapa panggung khusus untuk menaruh tempat makan. "Sehari habis tiga tandan. Sebenarnya mereka hanya makan daun. Pisang sebagai makanan tambahan," ujarnya. Saat menyantap makanan tambahan itu bekantan memiliki tradisi unik, yaitu membiarkan anggota kelompok kecilnya makan terlebih dahulu. Sementara itu, ketua kelompoknya mengawasi keadaan sekitar guna memastikan tidak ada gangguan.
Fasilitas
Mengelilingi KKMB tentunya sangat menyegarkan mata. Namun, bagi yang lelah berkeliling, sejumlah kursi disediakan untuk beristirahat. Tidak terlalu jauh dari pintu masuk ada Taman Bacaan. Sejumlah buku untuk anak-anak atau penjelasan tentang Kalimantan pun tersedia di bangunan bercat hijau tersebut. Ada juga menara pengawasan, jalur trek bagi bekantan dan monyet ekor panjang.
Sayangnya sejumlah bangunan yang berfungsi sebagai gazebo tampak kosong dan kurang terurus. Untuk mencari toilet, Anda harus ke gerbang utama. Meski dengan keterbatasan, banyak hal yang menarik di KKMB. Bukan semata mangrove dan bekantannya, melainkan juga keberadaan sejumlah hewan lain. Seperti elang bondol, kepiting bakau, owa-owa, kepiting warna-warni, tempakul, kadal, biawak, raja udang, burung kupasan belalang, ular, siput hijau, pahut-pahut, kapah, temburungun, dan berbagai jenis laba-laba.
Saat air surut pengunjung dapat melihat berbagai jenis kepiting dengan warna merah dan hijau. Ada pula tempakul, ikan yang berada di lumpur. Syamsul mengaku KKMB sempat memiliki tujuh monyet ekor panjang. Namun, karena kerap mengganggu pengunjung, mereka dipindahkan ke lokasi berbeda. Meski tanaman bakau hidup di tepi air laut, bukan berarti mereka aman saat terendam air asin. Syamsul mengaku pintu untuk memasukkan air laut ke KKMB harus dikendalikan.
"Kita tidak bisa main asal buka pintu dan membiarkan air laut merendam mangrove. Kalau terlalu banyak atau terlalu sedikit, akan mengganggu pertumbuhan mangrove dan bisa mati," ujarnya. Untuk menikmati keindahan KKMB, pengunjung hanya dikenai tarif tiket untuk dewasa Rp3.000, anak-anak Rp2.000, dan wisatawan mancanegara Rp5.000. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved