Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Dedikasi para pemain cosplay di Jalan Asia Afrika, Bandung, bukan saja dari aksi yang tidak pernah berhenti, bahkan di Lebaran, melainkan juga kocek belasan juta rupiah yang dikeluarkan untuk kostum.
BERFOTO dengan pemain cosplay di Jalan Asia-Afrika, sudah ibarat jadi wisata wajib di Kota Bandung, Jawa Barat. Cosplay yang ditampilkan memang beragam, unik, bahkan mengundang tawa.
Lihat saja selain tokoh pahlawan super dan kartun asal Barat, macam Captain Amerika, Bumblebee, Ratu Elsa Frozen, Spongebob, Batman, ada pula hantu-hantu lokal, seperti Kuntilanak dan bahkan hantu kreasi sendiri yang berkepala tiga. Berpose dengan mereka pun bisa jadi bahan unggahan yang sangat catchy untuk media sosial (medsos) Anda.
Namun, pernahkan Anda bertanya akan sosok-sosok di balik kostum kreatif itu? Nyatanya mereka ialah anak-anak muda penuh dedikasi.
Salah satunya ialah Hardian Anggi, yang juga berperan sebagai asisten koordinator lapangan untuk komunitas Cosplay Bandung. Kepada Media Indonesia, Kamis (20/6), ia mengatakan jika pada hari Lebaran pun mereka tetap beroperasi.
"Sudah tiap Lebaran. Mulai pukul 11.00 WIB. Kan silaturahim dulu sama keluarga. Habis itu main gitu. Sampai antara pukul 23.00-24.00 WIB," ujar Hardian.
Kecintaannya pada cosplay bisa dilihat dari 25 kostum yang ia miliki. Hardian menuturkan, jika kegiatan bermain cosplay di jalan tersebut setidaknya sudah dilakukan sejak 2014.
Ada lima orang lainnya yang juga menjadi perintis awal komunitas tersebut. Mereka ialah Achmad, Afik, Sumantri, Bob, dan Ipal. Mereka semula berasal dari komunitas dan hobi yang berbeda, tetapi disatukan keasyikan berperan menjadi sosok lain lewat cosplay.
Hal itu pula yang dialami Afik yang awalnya merupakan anggota komunitas sepeda ontel. "Kalau dulu sebelum ada cosplay aku kan iseng-iseng nongkrong di Asia-Afrika. Aku kan dulu dari komunitas sepeda ontel. Aku punya kostum mumi waktu itu. Pas ada renovasi Asia-Afrika, aku iseng nongkrong pakai kostum mumi. Pada akhirnya banyak foto-foto. Tanpa disadari banyak yang kasih uang, kita padahal tidak pungut," kenang pria yang akrab disapa sebagai Kang Afik itu.
Selain kostum mumi, Afik dan rekan-rekannya kala itu juga kerap menampilkan diri sebagai Cepot atau Naruto. Alasannya lebih kepada pembuatan kostum yang tidak terlalu rumit dan materi yang mudah didapat.
Dari lima orang itulah kini berkembang menjadi ratusan pemain kostum yang unjuk aksi di Asia-Afrika. Mereka terdiri atas berbagai komunitas maupun perorangan pencinta kostum di Bandung.
"Semua-semuanya sih lebih kurang 150-an. Satu kostum kadang enggak satu orang, kadang dua orang, gantian," ujar Achmad yang saat pertama bermain pada 2014 menggunakan kostum Cepot.
Perjuangan
Saat awal-awal, para pemain kostum juga sempat dikejar petugas ketertiban. Hingga akhirnya mereka diperbolehkan beraktivitas dengan bimbingan Dinas Pariwisata Bandung. Hingga kemudian ramailah kostum robot. Banyak di antara para pemain kostum yang memesan ataupun membuat sendiri kostum mereka.
"Aku beli juga, gagal. Dari kegagalan itu aku bikin sendiri. Yang akhirnya bisa, jadi bikin sendiri sekarang," lanjut Kang Afik yang kini terafiliasi dengan komunitas Badut Bandung Robot.
Banyak di antara pemain kostum juga membuat sendiri kostum mereka. Untuk membuat kostum tidak segampang yang terlihat. Butuh ketelitian dan kreativitas tinggi untuk membuat kostum semirip aslinya.
"Kebanyakan bikin sendiri. Ada beberapa yang saya beli," terang Hardian.
Begitu pula dengan Achmad yang mengaku membutuhkan waktu 2 minggu hingga 1 bulan untuk pembuatan satu kostum, tergantung tingkat kerumitan dan detail pembuatan. Ia mengaku paling sulit membuat kostum Megatron.
"Transformer sih, Megatron," ujar Achmad yang sudah mulai membuat kostum sejak 10 tahun lalu.
Sementara itu, Hardian mengaku membuat sendiri semua aksesori Captain America, mulai tameng, helm, sarung tangan, sepatu, gesper, dan pelindung kaki.
"Jadi, kita bahan dasarnya dari busa hati, bahan dasar untuk membuat sepatu. Bisa kita pakai sistem lapis imitasi bisa dipiloks, dicat gitu," ujarnya.
Pembuatan kostum dimulai dengan mencari gambar di internet untuk dijadikan pola. Pola itulah yang nantinya diterapkan pada busa hati. Meski demikian, masalah tidak selesai. Pola yang sudah ada belum cukup untuk memudahkan pembuatan kostum. Ada banyak yang harus diakali. Disitulah kreativitas diperlukan.
"Kalau polanya kita lebih ke lihat gambar di internet terus kita print (cetak). Agak rumit juga sih meski sudah menjiplak juga, cuma kita harus kreatif. Kreativitasnya di situ digunakannya," terang Herdian.
Untuk membuat kostum Captain America, Herdian perlu merogoh kocek dalam.
"Saya Rp1,5juta. Itu aksesorinya saja. Sama kostumnya (pakaian) Rp2,3juta. Biaya segitu sudah detail banget. Jadi, sangat mirip sama aslinya. Namun, ada versi simpelnya juga, paling Rp1 juta," ujarnya.
Hardian Anggi mengaku butuh waktu 2 bulan untuk membuat kostum dengan tingkat kerumitan tinggi, seperti Bumblebee. Hardian tidak ingin main-main dengan buatannya, ia ingin semirip mungkin. Biayanya pun mencapai angka lumayan hingga belasan juta.
"Kalau Iron Man Rp5 juta, kalau Bumblebee ada yang Rp15 juta, ada yang Rp10 juta. Seharga motor aja," pungkasnya sembari terkekeh. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved