Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Menanam dengan Hemat Air

Rizky Noor Alam
01/4/2019 17:05
Menanam dengan Hemat Air
Menanam dengan hemat air.(Thinkstock)

Baru-baru ini para ilmuwan tanaman mengungkapkan teknik meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan sedikit air. Sambil meningkatkan penggunaan karbon dioksida (CO2) untuk fotosintesis.

Tim peneliti dari Universitas Glasgow, mengembangkan cara mempercepat pembukaan dan penutupan pori-pori stomata di daun tanaman. Mereka menggunakan alat genetik yang bertindak seperti sakelar yang memungkinkan stomata untuk melakukan sinkronisasi dengan sinar matahari untuk meningkatkan kinerja tanaman.

Seperti yang diketahui tanaman kehilangan sebagian besar airnya melalui stomata. Upaya-upaya sebelumnya untuk mengurangi penggunaan air dengan menyesuaikan pori-pori tersebut umumnya membutuhkan biaya dalam penyerapan CO2.

Irigasi tanaman menyumbang sekitar 70% dari penggunaan air tawar di planet Bumi dan penggunaannya telah berkembang pada tingkat yang tidak berkelanjutan selama tiga dekade terakhir. Namun, pabrik-pabrik yang dimodifikasi dan direkayasa di Glasgow menunjukkan peningkatan pertumbuhan sambil menghemat penggunaan air. Caranya dengan Menggunakan saluran ion teraktivasi cahaya sintetis, yang direkayasa dari protein virus tanaman dan alga sehingga karbon dioksida (CO2) dapat masuk selama fotosintesis. Hasilnya tanaman dapat tumbuh seperti biasa dan jauh lebih baik.

Baca juga : Masjid di Cambridge Berarsitektur Unik

Pemimpin penelitian, Maria Papanatsiou dari Institut Biologi Molekuler, Sel, dan Sistem yang Media Indonesia kutip dari Daily Mail, Senin (1/4) menjelaskan tanaman harus mengoptimalkan pertukaran antara fotosintesis dan kehilangan air untuk memastikan pertumbuhan dan hasil tanaman.

“Kami mengadopsi pendekatan mapan yang digunakan dalam ilmu saraf, yang disebut optogenetics untuk melengkapi stomata dan yang lebih penting dalam menyeimbangkan penyerapan CO2 dan kehilangan air. Kami menggunakan alat genetik yang bertindak sebagai sakelar yang memungkinkan stomata untuk melakukan sinkronisasi yang lebih baik dengan kondisi cahaya sehingga mampu meningkatkan kinerja pabrik di bawah kondisi cahaya yang sering bertemu di lingkungan pertanian," jelas Maria.

Sementara itu, profesor Mike Blatt, dari institut yang sama mengatakan bahwa upaya sebelumnya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air tanaman telah difokuskan pada pengurangan kepadatan stomata, meskipun ada dampak implisit dalam penyerapan CO2 untuk fotosintesis.

"Pendekatan alternatif, seperti yang kami gunakan, menghindari pertukaran karbon-air dan dapat digunakan untuk meningkatkan hasil panen, terutama di bawah kondisi yang membatasi air," pungkas Mike. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya