Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Gebrakan Instalasi 21 Perupa Perempuan

Despian Nurhidayat
03/3/2019 00:40
Gebrakan Instalasi 21 Perupa Perempuan
(MI/DESPIAN NURHIDAYAT)

INSTALASI dan mixed media tampil di Gedung A Galeri Nasional, Jakarta, pada Selasa (26/2). Kumpulan karya seni rupa itu dibuat perupa perempuan yang terdiri atas 21 orang dengan 21 karya. Pameran itu terjadi atas inisiasi dari Carla Bianpoen dan juga Cemara 6 Galeri-Museum. 

Cemara 6 Galeri-Museum sudah berdiri sejak 1993 dan sudah berkomitmen dalam memajukan seni budaya dengan memberikan perhatian kepada para perupa perempuan Indonesia.

Acara pameran itu pun sebenarnya berbarengan dengan peluncuran buku Indonesian Women Artist (IWA): Into the Future. Buku ini pun berisi mengenai profil 21 perupa perempuan muda kontemporer Indonesia, perjalanan berkarya, konsep berkarya, dan capaian prestasi. 

Pemilihan para perupa sendiri berdasarkan pertimbangan konsep berkarya out of the box dengan spirit berkarya yang sangat kuat.

Kembali membahas mengenai pameran, pameran itu terdiri atas para perupa perempuan yang mewakili daerah Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Carla Bianpoen selaku salah satu kurator dalam pameran itu mengungkapkan bahwa roh perempuan yang menekankan pada sense dan sensitivitas yang khas perempuan merupakan kekuatan dari pameran ini. 

Teknologi yang berkembang dengan pesat, penemuan ilmu pengetahuan merupakan hal yang memperkaya karya dari para perupa dan roh perempuan sudah tak dapat ditahan lagi untuk terus membuat terobosan.

“Semua itu membuka kemungkinan serta cara baru dalam seni rupa kontemporer yang menciptakan Art of Another Kind. Pameran Indonesian Women Artists: Into the Future menandakan arah kekayaan seni rupa ke depan di mana roh perempuan menjadi primadona dalam menentukan seni rupa baru atau seni rupa kekinian atau bisa juga disebut now art,” ungkapnya.

Sementara itu, ketika pertama kali masuk ke ruang pameran. ­Pengunjung akan disuguhkan dengan instalasi Way of Seeing karya Erika Ernawan. Instalasi berupa sebuah kotak yang memperlihatkan dua buah sisi yang berbeda. Satu sisi terlihat setengah kotak dengan cat hitam ditambah merah yang terlihat sangat gelap. Satu sisinya lagi memiliki warna cat yang didominasi merah dengan sentuhan cat hitam dan dibalik dinding kotak itu ­terdapat beberapa lampu yang menerangi bagian dalam kotak tersebut.

Dalam instalasi itu, Erika berusaha untuk memperlihatkan dua buah sisi dengan penggunaan cahaya dari lampu neon yang ia pasang. Sebuah dinding gelap belum tentu akan terlihat sama jika sebuah cahaya masuk dalam kegelapan tersebut. Inilah yang sepertinya ingin diungkapkan Erika, mengingat ia menyematkan tulisan way of seeing dalam instalasinya itu.


Karya Irene Agrivina

Beralih ke dalam, pengunjung pun diperlihatkan pada tiga buah kotak kaca yang menggantung dan di dalam kotak tersebut terdapat bahan baku yang digunakan Irene Agrivina untuk membuat sebuah pakaian dalam yang ramah lingkung­an. Instalasi itu diberi judul Tajin, sebuah nama yang tak asing untuk masyarakat Indonesia. 

Tajin bisa disebut juga dengan air beras merupakan salah satu bahan yang digunakan Irene untuk membuat pakaian dalam perempuan. Mungkin terlihat sangat biasa saja untuk sebuah instalasi, tetapi rupanya ada bahan lain yang Irene campurkan untuk membuat bahan pakaian dalam ini, yaitu sejumlah bakteri seperti Acetobacter ­xylinum, serta bunga bakteri dari alat kelamin perempuan.

Di belakang instalasi Irene, pengunjung pun dapat melihat sebuah empat buah lukisan yang berbeda ukuran. Lukisan itu memiliki percampuran warna atau spektrum yang memperlihatkan adanya gradasi warna yang indah. Karya itu dibuat Syagini Ratna Wulan. Karya yang diberi judul 31.85 (6.21462.106.84513) merupakan karya yang terinspirasi dari kekuatan cahaya dan gelombang warna dan Syagini sering sekali memberi judul karyanya dengan cara menempatkan angka-angka. 

Menurut dia, angka-angka itu memakai hitungan fisika dan geografi dalam angka 31,86 yang merupakan derajat kemiringan pelangi dan angka dalam kurung merupakan koordinat Kota Jakarta.

Dalam ruangan gelap di bagian paling ujung, terdapat sebuah instalasi yang cukup menarik. Natasha Tontey merupakan dalang dari pembuatan instalasi ini. Terdapat 10 kotak telur yang disiapkan layaknya tempat duduk bagi para pengunjung. Di depan kotak telur tersebut terdapat sebuah layar besar dan di dalamnya ada sebuah video yang menunjukkan hubungan manusia dan kecoa. 

Natasha membayangkan masa depan dan ia mempertanyakan masa depan dengan menggunakan metode fiksi-nyaris-ilmiah (­science-quasi-fiction). Natasha mengeksplorasi ide masa depan yang lebih eco-sentris.

Masih banyak lagi instalasi menarik yang dapat ditemukan para pengunjung. Tak perlu khawatir jika Anda merasa tidak akan mengerti maksud dari tiap-tiap instalasi karena di setiap instalasi terdapat pula penjelasan mengenai karya yang dibuat para perupa perempuan tersebut. Sebuah pameran kontemporer dan luar biasa dipertontonkan dalam Into the Future.

Pameran ini akan berlangsung dari 26 Februari hingga 16 Maret 2019. Selain itu, ada juga beragam kegiatan lainnya yang bisa Anda ikuti, seperti bedah buku yang diadakan pada 1 Maret 2019, art talk pada 9 Maret 2019. Tur kurator akan dilaksanakan pada 2 dan 9 Maret 2019, dilanjutkan diskusi dengan tema Seni Rupa, Kekayaan Intelektual dan Ekonomi Kreatif yang akan berlangsung pada 14 Maret 2019. (M-4)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya