Minggu 10 Februari 2019, 05:00 WIB

Warna-warni Konser Monokrom

(Eno/M-2) | Weekend
Warna-warni Konser Monokrom

MI/RETNO

 

MALAM itu, Rabu (6/2), hujan usai mengguyur Istora Senayan Jakarta, tempat Tulus menggelar konser yang dipromotori Rajawali Indonesia. Konser Monokrom ini merupakan kali kedua setelah pada November 2018 sukses dihelat di Bandung.

Tepat pukul 20.15 WIB, konser dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Penyanyi bernama lengkap Muhammad Tulus Rusydi itu muncul beberapa saat kemudian setelah hitungan mundur dari 10 usai.

Ia tampil dengna kostum hitam-hitam, senada dengan tajuk konser ini, Konser Monokrom Tulus. Baru, lagunya dari album Gajah menjadi pembuka. Lagu yang sontak membuat 5.000 penonton bergerak, bergoyang, bahkan ada pula yang berjingkrak-jingkrak di kelas festival. Konser yang berlangsung dua jam dan 26 lagu ini rupanya bukan hanya membawakan karya-karya di album ketiganya yang berjudul Monokrom, melainkan juga beberapa lagu dari dua album sebelumnya.

Setelah itu, meluncur lagu Jatuh Cinta, Gajah, Ruang Sendiri, Tukar Jiwa, Cahaya, Bumerang, Teman Pesta-Kisah Sebentar, Labirin, dan Monokrom.

Penampilan Tulus pada konser tersebut terasa sungguh istimewa. Warna-warni perjalanan hidupnya diceritakan di atas panggung. Anggap saja ini adalah upayanya untuk dekat dengan penonton.

Penyanyi berusia 31 tahun itu banyak melontarkan cerita hidupnya, bertutur tanpa musik di sela-sela penampilannya. Cerita tentang gurunya yang menemukan bakat menyanyinya, cerita tentang ibunya yang ingin dia segera bertemu jodoh, cerita kedekatannya dengan kakak sekaligus sahabatnya, musisi Ari Renaldi, hingga Bukittinggi, Sumatra Barat, tempat kelahirannya. Tulus terlihat rileks meski dia mengaku gemetar dan deg-degan.

Abak

Bukittinggi, tempat Tulus lahir dan tumbuh rupanya memang sangat melekat dalam hati dan ingatannya. Dia bercerita, Jakarta, dari sana, dalam bayangannya saat itu sangatlah jauh. Dia bahkan tidak bermimpi bisa menyusul kakak-kakaknya yang lebih dahulu merantau ke Jawa. Kecintaannya pada kota di tepi Ngarai Sianok itu dibawa ke panggung dengan melantunkan medley lagu-lagu Minang berjudul Babendi-Bendu, Mudiak Arau, Taktontong, dan Dindin Badindin. Latar belakang dilengkapi dengan gambaran tenun pandai sikek berwarna jingga. Saat lagu-lagu itu dilantunkan, suara musiknya rancak. Penonton pun terhibur, sukaria, dan kembali berjoget.

Tidak lupa dalam salah satu kesempatan, Tulus juga bercerita keterlibatannya dalam komunitas Teman Gajah dan Bantu Guru Belajar Lagi.

Saat konser hampir berakhir, boneka berukuran raksasa yang awalnya hadir di lagu Monokrom muncul kembali di atas panggung. Boneka ini hasil kolaborasi dengan Papermoon Puppet Theatre. "Boneka ini adalah Abak, Abak yang di tempat asal saya adalah kakek. Saya tidak pernah menjumpai, tapi saya yakin kakek dan nenek saya hadir dan menyaksikan saya saat ini," kata Tulus.

Sesuai janji dan keinginan Tulus yang ingin setiap penontonnya bahagia, konser itu pun berakhir dengan lagu Manusia Kuat yang membawa haru. "Ini momen bersejarah bagi Tulus yang tidak akan terlupakan," kata CEO Rajawali Indonesia, Anas Syahrul Alimi.

Baca Juga

forbes.com

Apple Perbarui Software untuk Atasi Overheat di iPhone 15

👤Rahmatul Fajri 🕔Senin 02 Oktober 2023, 15:35 WIB
Menurut Apple, beberapa aplikasi yang membebani CPU iPhone dan menyebabkan perangkat menjadi terlalu panas adalah Asphalt 9, Instagram dan...
Dok: Pribadi

Arty Group ikut Melestarikan Camilan Tradisional

👤Adiyanto 🕔Senin 02 Oktober 2023, 13:05 WIB
Tidak hanya keragaman suku dan budaya, Indonesia juga kaya akan makanan tradisional yang patut...
MI/Devi Harahap

Kolaborasi jadi Kunci Pengembangan Industri Kreatif

👤Devi Harahap 🕔Senin 02 Oktober 2023, 08:33 WIB
Kolaborasi menjadi unsur paling penting dalam memajukan sineas...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

MI TV

Selengkapnya

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya