Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
SETELAH berlangsung perhelatan Anugerah Sastra Rancage 2018 yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki pada 26 September 2018, kini Anugerah Sastra Rancage kembali digelar pada awal 2019. Acara ini dilaksanakan di Gedung Kesenian Institut Seni Budaya Indonesia Bandung pada Kamis (31/1). Acara kali ini pun berlangsung bersamaan dengan ulang tahun Ajip Rosidi, tokoh di balik keberlangsungan Anugerah Sastra Rancage selama ini.
Pada acara ini, para tokoh pun banyak berdatangan seperti seniman Iman Soleh, Nani Widjaya, Slamet Rahardjo, Nano Riantiarno, Ratna Riantiarno, dan tidak ketinggalan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Ketika memasuki gedung kesenian, para pengunjung yang menunggu acara dimulai, diperdengarkan musik yang berasal dari seruling dan kecapi. Bebunyian ini sekaligus menjadikan kentalnya nuansa Sunda pada acara Rancage ini. Beberapa saat kemudian, acara dimulai, yang membawakan acara ini seorang perempuan yang mengenakan pakaian adat Sunda.
Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, yang diiringi dengan alunan gitar. Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya, penonton disajikan dengan permainan musikalisasi puisi oleh komunitas Kucar-Kacir asal Bandung. Yang disuguhkan oleh mereka ialah musikalisasi puisi karya Ajip Rosidi berjudul Bayang-Bayang Semu dan Bandung Tengah Hari. Setelah mereka mendendangkan musikalisasi puisi, acara dilanjutkan dengan pembukaan oleh Ketua Pelaksana Abrory Abdul Jabbar, sastrawan kontemporer Indonesia. “Ajip adalah penjaga peradaban dan kebudayaan. Bayangkan bila Jawa Barat tanpa Ajip Rosidi,” kata-kata ini yang paling penting yang disampaikan oleh Abrory pada awal pembukaannya. Ajip, memang bisa dikatakan sebagai salah satu ikon sastrawan Sunda. Banyak karyanya yang melegenda. Dia menambahkan, banyak hal yang bisa dipelajari dari sosok Ajip. Tidak lupa dia pun membawakan puisi Ajip Rosidi yang berjudul Kusuka Musim Gugur.
Acara pun berlanjut dengan ditampilkannya video perjalanan hidup Ajip Rosidi. Video ini memperlihatkan bagaimana awal mula Ajip menjadi sastrawan yang saat ini dikenal.
Acara pun berlanjut dengan musikalisasi puisi oleh kelompok musik Renjana dari Jakarta. Kelompok musik ini mengatakan bahwa karya yang mereka bawakan lebih kepada transformasi puisi ketimbang musikalisasi puisi. Mereka pun melantunkan dua buah puisi dari Ajib Rosidi, yakni Kediam-diaman dan Putra Padjajaran. Transformasi puisi yang mereka sebutkan mungkin terlihat dari cara mereka membawakan puisi dari Ajip Rosidi. Mereka membawakan puisi ini dengan nuansa populer layaknya bank-bank masa kini.
Berbeda dengan Renjana, Samba Sunda kemudian tampil dengan sesuatu yang berbeda. Gabungan antara alat musik tradisional dan modern sangat terlihat dalam penampilan mereka. Tiga buah gitar listrik, satu bas, biola, kahon dan kibor, menyatu dengan angklung, saron, bonang, dan gendang.
Permainan musik ini pun diselaraskan dengan datangnya sinden yang melantunkan lagu berbahasa Sunda saat itu. Lagu yang dinyanyikan tersebut berisikan mengenai kisah perjalanan Ajip Rosidi yang mereka buat.
Acara pun kian menarik dengan pembacaan puisi dari beberapa bahasa daerah, seperti Sunda, Manado, Batak Karo, dan Batak Toba merupakan pembacaan puisi bahasa daerah yang ditampilkan dalam acara ini.
Pemenang
Tibalah pada inti acara, pengumuman pemenang Anugerah Sastra Rancage 2019 pun diumumkan pada sore itu. Berbeda dengan 2018 yang memberikan penghargaan kepada karya sastra berbahasa Sunda, Jawa, Bali, Lampung, Batak, dan Banjar, Anugerah Sastra Rancage kali ini hanya memberikan penghargaan kepada karya sastra Sunda, Jawa, dan Bali.
Penerima hadiah sastra Rancage 2019 kali ini ialah Eris Risnandar dengan karyanya yang berjudul Serah untuk Sastra Sunda. Untuk Sastra Jawa disematkan kepada Sunaryata Soemardjo dengan karyanya yang berjudul Tembang Raras ing Tepis Ratri. Terakhir, untuk Sastra Bali disematkan kepada I Ketut Sandiyasa dengan karyanya yang berjudul Kupu-Kupu Kuning Ngindang di Candidasa.
Selain ketiga orang ini, Yayasan Kebudayaan Rancage juga menambahkan satu buah penghargaan, yakni Hadiah Sastera Samsudi yang disematkan kepada Ai Rohmana dengan karyanya yang berjudul Pohaci Nawang Wulan.
Setelah selesai acara penganugerahan, acara masih berlanjut dengan pemotongan tumpeng, karena acara ini bersamaan dengan ulang tahun atau Minangkala Ajip Rosidi yang ke-81 tahun. Ketika pemotongan tumpeng berlangsung pun suasana sangat seru, karena Iman Soleh meminta Nani Widjaya untuk menyuapi sang suami yang tengah berulang tahun tersebut.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penampilan Rampak Puisi dari murid-murid Iman Soleh. Mereka membawakn puisi dari Ajip Rosidi, yakni Jante Arkidam.
Setelah selesai, rupanya ada sebuah kejutan lain. Dua personel grup musik lawas, yakni Acil Bimbo dan Jaka Bimbo rupanya turut hadir dalam acara tersebut dan mendadak mereka diminta untuk tampil menyanyikan salah satu lagu mereka. Mereka pun menyanyikan lagu Sajadah Panjang.
Selesai mereka menyanyikan lagu tersebut, acara pun berakhir. Selamat ulang tahun Ajip Rosidi, dan semoga Anugerah sastra Rancage terus berlangsung sebagai bentuk penghargaan kepada para penulis khususnya penulis bahasa daerah yang terkadang luput dari mata masyarakat maupun pemerintah. (Des/M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved