Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Detak Street Dance dari Gultik

Fathurrozak
03/2/2019 01:40
Detak Street Dance dari Gultik
MI/SUSANTO(MI/SUSANTO)

DI salah satu sudut Blok M, Jakarta Selatan, ada kawasan yang disebut Gultik (Gulai Tikungan). Tempat yang sudah terkenal sejak 1980-an itu masih jadi tujuan kuliner malam hingga kini. Di antara keriuhan orang bersantap itulah saban Rabu ada sekelompok anak muda berkumpul, menari dengan iringan musik hip hop.

Hustler Movement, demikian nama kelompok yang sudah hampir empat tahun menjadikan Gultik sebagai tempat kumpul dan aksi. Ketika Media Indonesia menyambangi Rabu (30/1) malam, mereka sedang bersiap saling adu gaya street dance.

Anggota mereka kebanyakan sudah bekerja, meski ada beberapa yang masih berkuliah. Mereka berasal dari berbagai kru street dance, yang akhirnya disatukan kesamaan ‘frekuensi’.

Gerakan-gerakan yang ditunjukkan berbeda-beda, ada yang lebih mengeksplorasi bagian kaki, ada juga yang menonjolkan gerak bagian dada, serta sesekali melakukan gerakan diam (freeze).

Supriyanto, salah satu pencetus Hustler Movement mengungkapkan jika subgenre tarian mereka ialah new school hip hop. Genre itu merupakan evolusi dari break dance.  

“Kalau street dance memang awalnya dari break dance, lalu berkembang menjadi ke beberapa subgenre. Kami di sini bisa dikatakan lebih ke new school hip hop, jadi evolusi dari break dance. Ada unsur hip hop, freestyle hip hop, breaking, freestyle basket, dan krumping,” jelasnya.

Gerakan tak sama dan sesuka hati yang dilakukan mereka disebut sebagai freestyle. Jadi, para individu di dalam Hustler leluasa mengeksplorasi karakter. Muhammad Farhan, salah satunya, yang lebih berkiblat pada gerakan-gerakan breaking.

Gerakan

Ia menjelaskan jika beberapa mendasar gerakan dalam hip hop itu ialah bouncing (Memantul), lalu step (gerakan melangkah). Salah satu bentuk gerakan dari paduan dua gerakan dasar itu adalah top-roc yang merupakan gerakan melangkah bersilang ke kanan dan kiri yang dilakukan di tempat. Gerakan melangkah itu dilakukan dengan memantul.

Seperti juga terlihat di banyak video tutorial break dance, gerakan top rock sering disebut sebagai gerakan dasar fundamental yang harus dikuasai para pemula sebelum mempelajari gerakan lainnya.

Soal eksplorasi lanjutan itu, Farhan mengatakan cara dilakukan bisa amat beragam tergantung kepada cara pandang terhadap tarian maupun kemampuan tubuh. Ada yang memilih untuk terlebih dulu menguatkan otot-otot tubuh. Meski begitu Farhan memilih belajar lewat pengalaman.

“Seiring waktu, massa otot kan juga udah tahu, nahannya di mana. Gue sih learning by doing,” ungkap Farhan.

Banyak pula yang kini mempelajari street dance lewat kelas yang dibuka profesional. Meski begitu, para anggota Hustler Movement lebih menyukai belajar langsung dengan mengeksplorasi gerakan di jalanan, sesuai dengan nama asal genre tarian itu.

Tidak sekadar adu gaya di dalam kelompok sendiri, mereka juga rajin ikut kompetisi. Berlaga di kompetisi menjadi ajang pembuktian bagi banyak kelompok street dance. Uniknya, saat berkompetisi ini, penampilan juga menjadi faktor penting. Bahkan, tidak jarang penampilan yang lebih dulu dipikirkan ketimbang hasil menang atau kalah.

“Gue selalu tanemin ke anak-anak, hajar mentalnya dulu, style! Kalah menang belakangan,” kata Anto yang juga punya nama alias Spaz. Farhan pun yakin dengan style kece, lawan sudah akan duluan minder.

Gerakan-gerakan yang ekstrem dalam street dance juga tidak menutup kemungkinan menyebabkan cedera. Untuk urusan ini, kunci penyembuh luka mereka hanya satu: tukang urut.

Namun, mereka juga mengantisipasi agar terhindar dari cedera parah, di antaranya yang dilakukan ialah tahu batas diri.

“Biasanya sih kita latihan sejam goyang, hajar terus, istirahat, ngobrol, refresh otak, puter musik lagi. Latihan kan buat seneng-seneng, kita nyaman, biar enggak stres dan fun aja,” tutup Farhan. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya