Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Penghargaan dari Negeri yang Memenjarakannya

Tosiani
03/2/2019 04:00
Penghargaan dari Negeri yang Memenjarakannya
(AFP PHOTO / Amnesty International / JASON GARMAN)

SASTRAWAN asal Kurdi, Iran, Behrouz Boochani, 35, berhasil memenangi penghargaan Sastra Premier 2019 di Australia untuk kategori nonfiksi dan victoria atas karyanya No Friend but the Mountains.

Atas penghargaan tersebut laki-laki kelahiran Ilam, Iran, pada 23 Juli 1983 itu berhak menerima hadiah total AUS$125 ribu. Hadiah sebesar AUS$100 ribu di antaranya dari penghargaan Victoria, sedangkan untuk nonfiksi sebesar AUS$25 ribu. Ini merupakan hadiah terbesar di ajang tersebut.

Sayangnya, seperti diberitakan The Guardian, Boochani tidak diizinkan masuk ke Australia untuk menerima penghargaan tersebut Kamis (31/1) lalu sebab jurnalis, pembela hak asasi manusia, penyair, dan produser film tersebut ialah pencari suaka yang ditahan di Papua Nugini sejak hampir enam tahun lalu.

Penghargaan tersebut diterima Omid Tofighian, mewakili Boochani. Omid ialah penerjemah yang bekerja di Moones Mansoubi untuk menerjemahkan teks Boochani ke bahasa Inggris.

Sebelum ditahan di Papua Nugini, Boochani sempat ditahan di kawasan lepas pantai Australia. Ia kemudian mendapat akomodasi alternatif di Pulau Manus.

Ironisnya, melalui dua penghargaan yang diperolehnya itu, berarti buku No Friend but the Mountains justru diakui pemerintah Australia yang telah menolak dan memenjarakannya.

“Ini perasaan paradoks. Saya benar-benar tidak tahu harus berkata apa,” kata Boochani kepada The Guardian Australia.

Alumnus Tarbiat Modares University tersebut mengaku tidak menyangka bakal menerima penghargaan tersebut sebab tujuannya menulis juga bukan untuk memenangi penghargaan.

Ia mengungkapkan, sejak awal ia menulis agar warga Australia dan seluruh dunia lebih memahami secara mendalam tentang sistem yang disebutnya menyiksa mereka yang tidak berdosa di Pulau Manus dan Nauru.

“Saya berharap penghargaan ini dapat membawa lebih banyak perhatian pada situasi kami dan menciptakan perubahan, serta mengakhiri kebijakan biadab ini,” ujar Boochani.

Sebelum ditahan, Boochani yang melakukan perjalanan dari Indonesia berniat mencapai Australia. Namun, kebijakan imigrasi garis keras Australia membuat pencari suaka yang mencoba mencapai negara itu dengan kapal harus diproses di lepas pantai.

Oleh karena itu, sang sastrawan menganggap pemerintah Australia melakukan hal memalukan karena pencari suaka yang ditahannya malah memenangi penghargaan di negara itu. Karya nonfiksinya yang berjudul No Friend but the Mountains ditulisnya di dalam penjara Manus.

Dominasi perempuan

Penghargaan Sastra Premier 2019 terbagi menjadi tujuh ka­tegori. Semua karya sastra dinilai panel. Pada 2017 dan 2018, selalu ada perempuan memenangi tiap kategori. Tahun ini mereka kembali mendominasi daftar pemenang.

Selain Boochani, pemenang lainnya ialah Elise Valmorbida menerima hadiah fiksi untuk karya The Madonna of the Mountains, Kendall Feaver meraih hadiah drama dalam The Almighty, Kate Lilley memenangi hadiah puisi untuk Tilt. Victoria Hannan memenangi hadiah naskah yang tidak diterbitkan untuk Kokomo senilai AUS$15 ribu, dan Bri Lee memenangi penghargaan pilihan pembaca untuk memoarnya Eggshell Skull. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya