Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Membangun Komunitas Aura Lentera

Hil/M-4
02/2/2019 04:40
Membangun Komunitas Aura Lentera
(MI/Adam Dwi)

WINDOYO sudah tidak bisa melihat pada usia 15 tahun, dirinya benar-benar mengalami kebutaan total. Ia pun menempuh pendidikan di sekolah luar biasa (SLB). Sementara itu, sang istri, Indah Catur Cahyaningtyas menceritakan awal pertemuannya dengan Windoyo karena kekaguman sosoknya. Menurutnya Windoyo, punya kelebihan yang luar biasa. “Mas Windoyo adalah salah satu orang yang kuat baik secara keteguhan hati, kecerdasan, dan kemampuan menangani emosinya,” ujar Indah.

Windoyo menceritakan kisahnya, baginya yang paling dibutuhkan ialah figur keluarga yang mau mengakui bahwa disabilitas itu mampu. Pada saat-saat awal, kedua orangtua Windoyo tetap memberikan tanggung jawab kepadanya untuk ber­aktivitas dan be­kerja. Kondisi saat itu, perekonomian keluarganya di desa memang terhitung sulit juga. Windoyo tidak diperlakukan berbeda saat itu.

Saat itu, dirinya mengaku jengkel dengan keadaannya yang tidak bisa melihat dan masih harus bekerja. Namun, dirinya sekarang berterima kasih dan menyadari hal itu akhirnya bisa membuat berdaya. Dirinya pun terhitung sangat bersemangat untuk belajar dan menimba ilmu komputer untuk disabilitas.

Windoyo dan Indah setelah menikah mendirikan komunitas bernama Komunitas Aura Lentera bagi para disabilitas. Hal ini disebabkan penyandang disabilitas sering kali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Ketidaksempurnaan fisik dianggap hambatan dalam melakukan kegiatan. Mereka membantu para disabilitas agar tidak bergantung pada orang lain dan hidup mandiri.

Salah satunya lewat kegiatan yang baru dilakukan berupa memperkenalkan anak-anak difabel pada bandara. Mereka mencoba fasilitas bagi disabilitas yang disediakan di bandara di Banyuwangi. Selain itu, Windoyo juga aktif mengajari anak-anak di SDLB Banyuwangi untuk bermain musik.

Meskipun tidak bisa melihat, Windoyo ialah sosok yang mandiri dan bisa melakukan banyak hal. Dirinya bahkan sempat membuat radio yang dioperasikan rekan-rekan disabilitas. Sekarang bersama sang istri dirinya membuat rekaman mengenai buku pelajaran untuk anak-anak disabilitas di sekolah.

“Impian kami adalah membuat sekolah komputer gratis untuk teman-teman difabel di Banyuwangi. Yang kedua, adanya radio komunitas disabilitas yang sudah mati suri karena adanya persyaratan SNI yang harus dipenuhi. Dua ini yang ingin kami wujudkan,” harap Windoyo. (Hil/M-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya