Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
BILA ditarik dari kelahiran Sumpah Pemuda sejak 1928, bahasa Indonesia sudah berusia 90 tahun. Lama sekali bukan? Lumrah rasanya jika bahasa Indonesia digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat Indonesia. Rupanya tanpa disadari sering kali di tataran akademisi, bahasa tetap saja menimbulkan banyak masalah. Kesalahan berbahasa itu selain sering berulang, juga tidak bisa dianalisis secara sintagmatis dan paradigmatis. Sebagai contoh, betapa repotnya kita membedakan antara kata pesaing dan penyaing.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pesaing digunakan untuk mengacu kepada lawan dalam bersaing, seperti pada judul berita ini, Nama Keponakan Prabowo Muncul sebagai Pesaing Baru Cawagub DKI (Kompas.com, Rabu 26/9), Moto-GP: Dovizioso Disebut Pesaing Terkuat Marquez saat Ini (Liputan6.com, Jumat 12/10), dan LSI Prediksi Golkar bakal Jadi Pesaing PDIP di Pemilu 2019 (Tempo, Sabtu 6/1).
Sementara itu, penyaing ialah orang (perusahaan dan sebagainya) yang berbuat lebih baik daripada orang lain (dalam tindakan atau karya), seperti pada contoh kalimat berikut ini, "Digitalisasi penyaing sales person asuransi" dan "Situs penyaing Google." Dari paparan tersebut, tampak adanya perbedaan antara kata pesaing dan penyaing. Pesaing hanya merujuk kepada orang (makhluk hidup), sedangkan penyaing mengacu lebih luas (orang, perusahaan, dan sebagainya) .
Hal ini sama seperti pada penggunaan subjek pesulap dan penyulap. Pesulap ialah orang yang berprofesi sebagai tukang sulap, sedangkan penyulap artinya orang yang menyulap. Dengan kata lain, pesulap merujuk kepada orang yang bekerja atau berprofesi sebagai tukang sulap, sedangkan penyulap berlaku untuk setiap orang yang bisa bermain sulap (bukan profesi).
Pun demikian pada kasus penggunaan subjek penyadap. Penyadap artinya orang yang menyadap (bukan profesi). Sementara itu, lema pesadap tidak terdapat dalam KBBI. Jika pesaing dan pesulap merujuk kepada profesi seseorang, seharusnya pun demikian dengan pesadap. Menyadap artinya mengambil air (getah) dari pohon dengan menoreh kulit atau memangkas mayang atau akar, mendengarkan (merekam) informasi (rahasia, pembicaraan) orang lain dengan sengaja tanpa sepengetahuan orangnya. Jadi, seharusnya pesadap dapat dikaitkan dengan orang yang ahli dalam hal sadap-menyadap, seperti hacker (peretas situs), orang/buruh penyadap buah aren, dan penyadap karet.
Kita juga sering terkecoh ketika mendengar, atau bahkan menggunakan kata peninju dan petinju. Sepintas terlihat sama dan tidak ada bedanya. Namun, kedua kata tersebut jelas memiliki makna yang berbeda. Petinju bermakna orang yang bermain tinju; bokser, sedangkan peninju bermakna orang yang meninju. Dengan demikian, petinju bermakna orang yang berprofesi di bidang olahraga tinju, kalau peninju artinya setiap orang yang melakukan tinju. Kedua kata itu pun sama kasusnya dengan 'pesulap dan penyulap', 'pesaing dan penyaing'.
Sungguh tidak adil rasanya bila penyadap tidak disandingkan dengan pesadap yang notabenenya bisa dimaknai sebagai profesi, seperti pesaing, pesulap, dan petinju. Sejatinya, Tuhan menciptakan dunia ini dengan berpasangan. Ada siang ada malam, ada suami ada istri, dan sebagainya. Seyogianya pula, ada penyadap, ada juga pesadap.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved