Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
SUARA alunan murid mengaji terdengar saat berkunjung ke Pondok Pesantren Nurul Huda di Langgongsari, Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah. Tidak semata mengaji, para santri yang memondok di Ponpres Nurul Huda ini juga menempuh pendidikan formal.
Para santri yang masih anak-anak usia SD menempuh pendidikan di sekolah di sekitar pondok. Sementara itu, santri yang mengikuti jenjang pendidikan SMP dan SMA bersekolah di SMP Al Aqwiya dan Madrasah Aliah (MA) Al Aqwiya yang dikelola pondok.
Saat ini ada sekitar 1.000 santri putra dan putri yang belajar dan mengaji di Nurul Huda. Selain dari sekitar, mereka juga datang dari luar Jawa.
Keberadaan Pondok Pesantren Nurul Huda tidak lepas dari sosok Muhammad Abror yang akrab dipanggil Gus Abror. Awalnya orangtua Muhammad Abror, yakni Kyai Ahmad Samsul Ma'arif bersama Abdul Muttolib Khalimi dan Abdullah Sukri pada 1983 menyelenggarakan majelis taklim atau pengajian kecil-kecilan untuk warga sekitar. Lambat laun banyak orang dari luar daerah berdatangan ikut pengajian.
"Mereka yang mengusulkan kepada bapak saya supaya bikin asrama," ujar jebolan Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat ini. Semula, pembangunan asrama hanya menampung tamu pengajian dari luar kota. Namun, asrama belum selesai dibangun sudah ada santri yang datang. "Nah, santri itu yang menginspirasi bapak saya. Kebetulan santri ini tidak mendapat dukungan dari orangtuanya baik secara finansial maupun spiritual," ungkap Gus Abror.
Sepeninggal Kiai Ahmad Samsul Ma'arif, pengelolaan pondok diserahkan kepada Gus Abror hingga kini. Adik Gus Abror juga terlibat dalam pengelolaan pondok. Gus Imam mengurusi SMP Al Aqwiya, sedangkan Gus Ajir diserahi tugas menangani Madrasah Aliah Al Aqwiya.
Rata-rata santri yang mondok di pesantren ini merupakan kaum duafa atau anak yatim piatu sehingga Gus Abror memutuskan tidak ditarik bayaran alias gratis. "Rata-rata mereka tidak mampu, maka kami enggak menarik apa pun kepada mereka," ungkap Gus Abror.
Pondok memiliki sejumlah unit usaha, di antaranya koperasi dan air minum kemasan untuk konsumsi internal pondok. Gus Abror tidak pernah mengajukan proposal bantukan kepada siapa pun. Jika ada yang ingin memberikan bantuan, ia tidak menolak. Ia yakin Tuhan akan memberi jalan kepada siapa saja yang berbuat ikhlas menolong sesama. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved