Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Perayaan Keragaman di Milan

Bintang Krisanti
14/10/2018 04:00
Perayaan Keragaman di Milan
(AFP/MIGUEL MEDINA)

AKTRIS senior Monica Bellucci tampil membuka peragaan busana Dolce & Gabbana di Milan, Italia, akhir bulan lalu. Di usia 54 tahun, Bellucci masih tampil memesona. Ia mengenakan gaun koktail off shoulder bermotif polkadot.

Menggunakan sosok ternama sebagai model memang bukan hal asing bagi para rumah mode dan desainer. Namun, yang dilakukan Dolce & Gabbana pada peragaan koleksi musim semi 2019 itu bukan sekadar membuat sensasi, melainkan juga perayaan keragaman manusia dan kehidupannya.

Seperti dijelaskan dalam pernyataan pers rumah mode yang sudah berusia lebih dari 30 tahun itu, "Setiap kita ialah raja atau ratu dari kehidupan kita sendiri." Dolce & Gabbana pun menunjukkannya dengan model yang keluar dari kebiasaan selama ini.

Bintang-bintang catwalk bukan lagi perempuan-perempuan muda yang kurus dan kebanyakan berkulit putih, melainkan orang beragam usia, bentuk, dan warna tubuh. Selain Bellucci dan para aktris era 1990-an, hadir pula model bertubuh plus, seperti Ashley Graham.

Keragaman pula yang terlihat pada koleksi busana. Pada gaun yang membentuk tubuh maupun bersiluet hingga padanan blus dan rok ataupun celana mini, tabrak motif, dan material sangat terlihat. Bahkan, mengingatkan pada suasana festival yang juga dipadukan dengan ciri khas fesyen Italia yang seksi dengan korset, ruflles, bunga-bunga besar, hingga karakter Madonna (perempuan suci).

Contohnya ialah gaun a-line dengan beragam motif dan blok warna hitam yang ditampilkan berseling secara vertikal. Materialnya juga beragam mulai bahan ringan hingga baroque dan material bulu jarum dalam warna metalik. Keragaman kehidupan pun tampil sangat meriah di panggung itu.

Permainan tabrak motif juga terlihat di koleksi rumah mode Marni. Namun, sang desainer kepala, Francesco Risso, mengemasnya dalam tampilan yang lebih santai, tapi juga sassy dan unik.

Hal itu disebabkan potongan busana yang dipilih ialah perpaduan gaun drapery dengan teknik-teknik cut out maupun ikat simpul. Kesan seksi, tapi juga lady like muncul lewat bentuk-bentuk kerah bateau.

Beberapa pengamat mode menilai koleksi itu sangat segar karena mengingatkan gaya busana yang langsung dibentuk pada patung-patung roman. Namun, ada pula yang selayaknya sperai yang dililitkan, kemudian dibuat beberapa cut out untuk mengekspos beberapa bagian tertentu.

Bahan inovatif

Tidak hanya soal permainan potongan dan motif busana, tetapi juga peragaan di kota mode dunia kerap memperlihatkan inovasi bahan tingkat tinggi. Ini pula yang ada di peragaan Giorgio Armani dan Missoni.

Armani seperti membawa publik fesyen ke dunia bawah laut dengan material berwarna metalik dan olahan bahan PVC. Teknik tinggi ditunjukkan dengan tampilan bahan yang tampak sangat ringan hingga bisa ditetapkan bertumpuk tanpa menghasilkan kesan berat.

Busana yang dibuat makin tampak surreal dengan padanan bahan organza dan sematan manik serta batuan. Artikel busananya tidak hanya gaun panjang ataupun midi, tetapi juga rok dengan jaket berkantong.

Sementara itu, Missoni menampilkan inovasi bahan rajut yang juga tampak sangat ringan dan lembut meski dengan pola zig-zag maupun gaya patchwork. Rumah mode yang berusia 65 tahun itu, juga menampilkan palet warna gradasi yang lembut.

Keindahan material rajutan itu diwujudkan dalam busana santai, seperti celana longgar, blus tunik, outer panjang yang kemudian dilengkapi lagi dengan syal rajut yang diikatkan di dada. Hasilnya, koleksi busana yang sangat menggiurkan bagi mereka yang suka tampil santai dan tetap elegan. (Vogue/ WWD/ M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya