Menempa Adalah Terapi

TOTALITAS mendalami pembuatan pisau lekat pada diri Cornelius Rusandhy, Ketua Bidang Harian Indonesian Blades (IB). Demi mendalami teknik pembuatan bilah, pria yang akrab disapa Onel ini belajar sampai ke Eropa.

“Awalnya belajar dari teman-teman di komunitas IB. Pada waktu itu juga berkunjung ke pande besi tradisional, melihat secara langsung. Tapi kita ter­kendala, karena mereka ahli dalam apa yang mereka lakukan, tapi mungkin dalam menurunkan apa yang mereka tahu, mereka agak kesulitan,” ucap Onel. Dari situ ia belajar ke La forge d’Ostiches School, Brussel, Belgia.

Ia memfokuskan diri dengan teknik menempa. Baginya, me­nempa tidak hanya sekedar memukulkan palu untuk membentuk bilah berkualitas, tapi juga terapi.

“Setelah saya belajar menempa, saya menjadi lebih tertarik. Karena bagi saya, menempa itu terapi. Jadi, kalau lagi pusing, saya menempa saja,” ucap Onel sesaat setelah mentas dari bengkelnya.

Bagi sebagian orang, mungkin komunitas IB identik dengan pria. Namun jangan salah, ternyata perempuan pun mempunyai ruang dalam komunitas ini. Kreativitas pisau tidak hanya dikaveling para pria, perempuan pun boleh.

“Di situ juga menarik aktivitasnya. Terus kalau dibilang cowok semua juga enggak. Di sana juga ketemu cewek juga,” terang Luluk Elma, ibu rumah tangga berusia 38 tahun.

Selain itu, ternyata komunitas pisau tidak hanya ada di Indonesia. Kecintaan terhadap pisau ternyata juga belaku di internasional. Setidaknya dibuktikan dengan adanya kompetisi pisau. Bahkan kompetisi tingkat Asean pada tahun ini akan diselenggarakan di Indonesia dengan tajuk Asean Chopping Competition 2018 pada November nanti.

“Yang dikompetisikan itu pisau besar atau chopper. Standarnya, kita mengadopsi Bladesports USA. Karena yang mengadakan pertama kali kompetisi ini secara resmi terorganisir adalah Amerika,” terang salah satu anggota IB, Anda Triningsih Rahayu, 34. (M-2)