Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Konro Berpadu Kopi Tak Kie di Bekasi

Gana Buana
15/10/2017 02:01
Konro Berpadu Kopi Tak Kie di Bekasi
(MI/GANA BUANA)

ELVI berusaha mengingat kenangan masa kecil di kampung halaman tercinta. Aroma masakan bunda tercinta berusaha ia temukan di antara jajaran penjaja kuliner di sekitarnya. Akhirnya, Elvi melabuhkan pandangan pada sebuah stan yang menyajikan menu utama nasi goreng merah sebagai andalan.

Nasi goreng merah nyatanya juga merupakan sajian andalan keluarga Elvi sejak turun-menurun. Merah bukanlah lantaran berbahan baku nasi beras merah. Nasi yang digunakan tetap beras putih. Merahnya berasal dari saus tomat dibuat dengan resep khas Makassar.

"Ini makanan favorit saya dari kecil, ibu suka sekali membuatkan anak-anaknya untuk sarapan," ungkap Elvi, Jumat (6/10).

Di Makassar, memang banyak warung menjajakan nasi goreng merah. Kenikmatan dari resep yang diwariskan turun-temurun sudah terkenal ke mana-mana.

Nasi goreng merah menggunakan bahan bumbu seperti varian lain nasi goreng. Misalnya bawang putih, merica, garam, dan cabai merah. Hal yang paling istimewa ialah tambahan bahan saus tomat yang diracik sendiri.

Tampilan akhir nasi goreng merah memang amat garang. Merah menyala dari saus tomat tersebut memberi kesan 'garang'. Namun, jangan khawatir sebab nasi goreng merah menawarkan cita rasa gurih dan manis yang dominan, ditambah sedikit pedas.

Seporsi nasi goreng merah disajikan dengan tambahan daging ayam, udang, dan potongan sayur. Juga dilengkapi taburan bawang goreng, mentimun, dan jeruk nipis untuk tambahan sensasi rasa segar. Kombinasi semua bahan tersebut dijamin membuat Anda ketagihan.

"Cabainya kita pakai cabai dari Makassar langsung, bentuknya kecil-kecil seperti ini," ungkap Elsye, pemilik kedai Nasi Goreng Merah Depot Karebosi.

Untuk menikmati kuliner ini, satu porsi nasi goreng merah khas Makassar ini dibandrol dengan harga Rp40 ribu.

Makan sampai kenyang

Tak perlu jauh-jauh menyeberang samudra untuk menikmatinya. Sebab, Summarecon Mall Bekasi sedang menggelar Festival Kuliner Bekasi (FKB) yang berlangsung mulai 20 September hingga 15 Oktober 2017. Tema Nganreki sanggenna bassoro yang berarti 'Yuk makan sampai kenyang' masih mengajak para pengunjung berwisata kuliner dengan masakan khas Makassar dan Nusantara.

Tak hanya nasi goreng merah, beberapa kudapan khas Makassar lainnya pun disiapkan pada festival ini, di antaranya sup konro karebosi, cotto makassar, mi goreng cakalang, nasi goreng cakalang, pisang epek, serta panada.

Paling patut dicoba, sop konro karebosi, iga sapi yang disajikan dalam kuah cokelat pekat bahkan hampir kehitaman. Harganya mulai Rp37 ribu. Kawannya, lontong beras yang dipotong-potong. Namun, khusus di festival ini, ada juga nasi sebagai pilihan. Rasanya terbilang autentik, baik cita rasa kuah maupun keempukan dagingnya.

Ada pula mi goreng cakalang nan pedas. Suwiran ikan cakalang asap menjadi aksennya.

"Jadi ingat kampung halaman, biasanya mi goreng cakalang disajikan ketika acara kumpul keluarga," ungkap Hendra, 36, salah satu pengunjung.

Festival kopi

Tak hanya kuliner asli Makassar, festival kopi pun digelar di area parkir barat The Downtown Walk Summarecon Mal Bekasi. Ajang unjuk gigi para peramu kopi ini menjadi magnet bagi pengunjung yang menghadiri FKB.

Bahkan, para pengunjung sengaja datang dari luar wilayah Bekasi. Center Director Summarecon Mall Bekasi Ugi Cahyono mengatakan festival kopi bukanlah yang pertama digelar. Sudah dua kali ajang ini digelar di Pasar Modern Sinpasa.

"Respons positif dari masyarakat sangat besar atas pergelaran event ini," kata dia.

Ugi menjelaskan, dalam festival kopi, ada 32 peserta yang hadir mengikuti. Pergelaran festival kopi ditargetkan mampu menyosialisasikan kopi Nusantara ke seluruh lapisan masyarakat.

Di sini, kata Ugi, mereka bisa merasakan racikan kopi langsung karya peraciknya. "Itu yang jadi kelebihan festival kopi kali ini," tutup dia.

Kopi sawo dan lengkeng

Minang Equator cold brew dari Saturday Coffee Roaster patut dijajal. Biji kopi arabikanya dipetik dari Gunung Talamau, Pesaman Barat, dan Baruah Gunung, Payakumbuh, Sumatra Barat. Jumlahnya terbilang istimewa karena pohon kopinya tumbuh di bawah garis khatulistiwa.

Penyajiannya dengan teknik cold brew atau fermentasi, diseduh air dingin. Rasanya amat ringan. Namun, jika disajian cold brew, tak kalah sedap.

"Untuk pecinta manis, penyajiannya lebih mantap jika ditambahkan gula aren khas Payakumbuh," ungkap pemilik Saturday Coffee Roaster, Muhammad Saturdaya.

Pecinta kopi manual brew pun bisa menjumpai rasa unik racikan Minang Equator. Kopi arabikanya bercita rasa sawo.

"Memang akan keluar rasa buahnya karena proses penjemuran kopi langsung dengan buahnya, tidak kami kupas sehingga rasa buah tersebut masih kuat," kata dia.

Masih bertema Minang, di Saturday Coffee Roaster ada kopi dari Kampung Bunda Kanduang dengan cita rasa tak kalah istimewa, lengkeng. "Kalau Minang Situjuh dipetik dari Gunung Sago, Payakumbuh," jelas Muhammad lagi.

Tak Kie juara

Meski demikian, juara di sini tentu saja Kopi Tak Kie. Antrean selalu tampak di kedai dengan merek legendaris ini. Racikan campuran kopi robusta dan arabika dicampur susu.

"Kopi ini sistemnya masih konvensional. Karena sudah punya nama, banyak pengunjung penasaran," ujar barista Kopi Tak Kie, Eko.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya