Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
TUMPUKAN bola mata berwarna-warni dengan berbagai ukuran tergeletak di atas genangan air di halaman Jogja National Museum, Jumat (19/5) malam. Mereka menatap ke segala penjuru seolah-olah menjadi saksi pembukaan ART|JOG|10, malam itu. Tumpukan bola mata berwarna-warni dalam ukuran besar (gigantic) tersebut merupakan karya Wedhar Riyadi, seniman yang dipilih menjadi Commission Works dalam Art Jog 10. Karya instalasi tersebut diberi judul Floating Eyes. Wedhar ialah seniman asal Yogyakarta yang menghadirkan instalasi bola mata.
Wedhar menyebut karyanya merespons teknologi informasi yang berkembang pesat sekaligus sebagai bentuk kritik terhadapnya. Ada banyak bola mata yang ditumpuk, dengan tumpukan yang paling tinggi 7 meter. “Ada pergeseran sosial. Dengan teknologi sekarang, orang bisa sangat terbuka atau bebas,” kata dia. Di satu sisi, teknologi informasi saat ini membuat semua menjadi terbuka dan bebas, setiap orang bisa diawasi atau dilihat orang lain.
Bagi para seniman dan pencinta seni, Art Jog sangat dinanti-nantikan. Tahun ini, salah satu bursa seni rupa terbesar di Asia ini pun memasuki satu dekade. Sebanyak 73 seniman dengan ratusan karya baik dari Indonesia maupun mancanegara berpartisipasi dalam pameran yang mengambil tema Changing perspective. Direktur ART|JOG|10 Heri Pemad mengatakan tema Changing perspective bertujuan mengubah sudut pandang yang telah menjadi profan pada individu di hari ini. Perspektif atau sudut pandang berhubungan erat dengan paradigma. Paradigma ialah cara setiap orang memandang dunia, yang belum tentu cocok dengan kenyataan.
Selama ini, perspektif biasa didasarkan logika yang bersumber pada rasionalitas otak manusia, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Paradigma terbentuk oleh cara kita dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan kita selama ini. “Tema ini diharapkan mampu mengubah perspektif di luar dari kebiasaan yang biasa dijalani. Art Jog memberi kesegaran dan wadah berkreasi, berani berpikir di luar kebiasaan, dan berani menanggung risikonya,” kata dia.
Menerobos batas genre
Penerobosan batas genre seni yang selama ini ada, misalnya antara seni rupa, teater, tari, musik, dan film, semakin tampak. Berbagai genre yang ada diformulasikan dalam suatu karya seni yang tidak biasa. Karya Garin Nugrogo, Setan Jawa misalnya, menampilkan film bisu hitam putih dengan konsep pertunjukan langsung. Asmara Abighail yang menjadi pemeran utama dalam film tersebut tampil menari, meliuk-liukkan tubuhnya, di arena pameran bersama sosok setan pesugihan. Ada pula karya Nicholas Saputra dan Angki Purbandono yang menampilkan art campaign dengan tema Post jungle. Karya ini merupakan hasil proses residensi dan penelitian yang dilakukan di kawasan Tangkahan, Sumatra Utara, pada pertengahan 2016.
“Kami ingin menceritakan kondisi dan permasalahan yang ada pada sebuah lokasi dari sudut pandang seorang seniman,” kata Angki. Dengan cara ini, masyarakat luas dapat sudut pandang baru selain dari sudut pandang penelitian ilmiah dan jurnalisme. Bagus Pandega, yang menjadi salah satu Young Artist Award dalam Art Jog 10, menampilkan karya Random and Contant (Obliqie). Bagus menampilkan lampu SOS yang menyala dan padam dalam keteraturan dan ketidakaturan.
“Dua hal yang memiliki nilai masing-masing bertolak belakang, tetapi karya ini saya gabungkan menjadi satu kesatuan. Suatu hal yang terjadi terus-menerus, tetapi tidak beraturan,” kata Bagus. Bambang ‘Toko’ Witjaksono, tim kurator ART|JOG|10, mengungkapkan, jika di Barat biasa dicari melalui pendekatan sains (ilmu pengetahuan), di Timur lebih pada aspek budaya, tradisi, dan common sense (pengetahuan publik) yang kerap dilihat kurang mewakili pengetahuan masyarakat modern secara global. Paradoks dua perspektif itulah yang tahun ini coba direspons para seniman Art Jog.
Melalui pendekatan-pendekatan tersebut termasuk kemajuan teknologi, harapannya para seniman memiliki kebaruan dalam karya mereka melalui berbagai sudut pandang. Tidak hanya secara teknis, tetapi juga dalam memaknainya, sehingga diharapkan bisa melampaui hal-hal yang terjadi sekarang. “Melakukan provokasi terhadap kekaryaan adalah ikhwal yang coba dibongkar pada Changing perspective di tahun ini,” lanjut Ignatia Nilu (tim kurator ART|JOG). (Ardi Teristi Hardi/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved