18/9/2016 08:00

Perang Panahan Versi Modern

LIMA anak muda berlari ke tengah lapangan dengan kecepatan penuh. Tujuan mereka ialah sebanyak mungkin mendapatkan anak panah dan kemudian bersembunyi di balik sandsack-sandsack besar yang tersebar di lapangan itu.

Sejurus kemudian dimulailah perang panahan. Setiap regu membidikkan panah mereka ke tim lawan. Suasana pun berubah riuh, tetapi tetap penuh gelak tawa.

Tidak mengherankan jika anak panah yang mereka gunakan memang bukan senjata sungguhan. Ujung mata panah bukan mata pisau, melainkan bantalan busa.

Inilah permainan archery clash yang sedang populer di kalangan anak muda Jakarta. Dibuka sejak sekitar empat bulan lalu di Time Futsal, Pegangsaan Raya, Jakarta, permainan itu menawarkan keseruan layaknya permainan airsoft gun, paintball, dan dodgeball, yakni permainan kompetisi saling serang antargrup.

Dicky Suryajaya, pendiri archery clash, mengatakan permainan tersebut sudah banyak ditemui di Amerika Serikat dan Eropa. "Ini improvisasi dari (olahraga) panahan. Bedanya dengan panahan, para pemain bisa berlari bebas sambil berlindung dan mengarahkan anak panah ke tim lawan," ungkap Dicky kepada Media Indonesia, Selasa (13/9).

Archery clash membuat tiga tipe permainan, yakni team domination, defend the district, dan capture the flag. Saling memanah lawan menjadi inti permainan team domination. Karena keseruan yang tercipta, permainan itu dikatakan yang paling digemari.

Dalam permainan defend the district, tim dibedakan menjadi tim penyerang dan tim bertahan. Tim penyerang dapat bergerak ke semua area, sedangkan team bertahan harus bisa bertahan menggunakan semua bungker yang tersedia.

"Untuk capture the flag, kita harus mengutamakan keahlian player dalam menyusup ke daerah musuh untuk mengambil bendera sambil menghindari panah-panah musuh," papar game master Anthony Gunawan.

Tiap jenis permainan itu dijalankan dalam durasi 90 menit. Untuk memastikan keamanan pemain, archery clash juga menyediakan kacamata dan rompi pengaman.

Anthony menjelaskan setiap permainan akan dipandu satu wasit yang nantinya akan memutuskan apakah orang tersebut sudah terkena anak panah atau belum. Pemain yang terkena panah diharuskan meninggalkan arena permainan.

"Namun, biasanya banyak yang hanya mau main-main saja. Jadi meski sudah terkena anak panah, pemain tersebut tetap bermain saja karena memang hanya mencari fun," jelasnya.

Kardio
Meski merupakan sebuah permainan, archery clash cukup menguras tenaga seperti olahraga lainnya. Ditambah tempat bermain yang agak tertutup, keringat pun mengalur deras.

Willyandi Derick, salah satu pemain, pun mengibaratkan archery clash seperti olahraga kardio. Setiap pemain pasti akan terus berlari untuk mencari anak panah dan menghindari serangan lawan.

"Dalam permainan kita pasti terus bergerak, berlari, dan mencari anak panah yang ada di lantai. Jadi memang butuh tenaga yang banyak. Dijamin bermain archery clash lelahnya hampir sama seperti main futsal," jelas Willy.

Tak hanya kardio, dalam bermain archery clash juga dibutuhkan konsentrasi tinggi untuk melihat lawan dan melindungi tubuh dari serangan. Di tengah stamina yang sudah cukup terkuras banyak, pemain juga tetap harus konsentrasi untuk membidik lawan. (M-3)

Baca Juga

Video Lainnya