Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Ilmuwan Pertama Kali Amati Lingkaran Magnetik Terkecil di Korona Matahari lewat Teleskop Inouye

Abi Rama
27/8/2025 11:06
Ilmuwan Pertama Kali Amati Lingkaran Magnetik Terkecil di Korona Matahari lewat Teleskop Inouye
Versi penuh dari citra yang diambil Teleskop Surya Daniel K. Inouye (DKIST) yang menampilkan coronal loop strands, yaitu helai-helai sempit dari lingkaran magnetik di korona Matahari.(SF/NSO/AURA)

UNTUK pertama kalinya, para ilmuwan berhasil melihat lingkaran magnetik terkecil di korona Matahari melalui Teleskop Surya Daniel K. Inouye (DKIST) milik National Science Foundation (NSF). Temuan ini bisa menjadi kunci untuk memahami bagaimana semburan energi dahsyat atau flare terbentuk.

“Ini adalah momen bersejarah dalam ilmu Matahari. Akhirnya kita bisa melihat Matahari dalam skala sesungguhnya,” kata Cole Tamburri dari University of Colorado, Boulder.

Selama ini, para ilmuwan tahu bahwa flare muncul ketika garis medan magnet Matahari menegang lalu patah, melepaskan energi, kemudian menyambung kembali. Namun, detail proses rekoneksi magnetik ini masih jadi teka-teki. 

Temuan lingkaran superkecil di korona Matahari diduga menjadi sumber dasar arsitektur magnetik yang memicu terbentuknya flare.

“Jika benar demikian, berarti kita bukan hanya melihat kumpulan lingkaran, tapi untuk pertama kalinya berhasil melihat lingkaran individual. Ibaratnya, dari yang tadinya hanya melihat hutan, sekarang kita bisa melihat tiap pohon secara jelas,” ujar Tamburri.

Teleskop Inouye yang memiliki resolusi 2,5 kali lebih tajam dari teleskop surya lainnya berhasil menangkap ratusan lingkaran dengan lebar rata-rata hanya 48 kilometer, bahkan ada yang setipis 21 kilometer. Gambar tersebut diambil setelah flare kelas X, kategori terkuat, meletus pada 8 Agustus 2024.

“Ini adalah pertama kalinya Teleskop Surya Inouye mengamati flare kelas X. Kami beruntung bisa merekamnya dalam kondisi sempurna,” tambah Tamburri.

Sayangnya, teleskop ini menghadapi ancaman serius. Pemerintah AS berencana memangkas anggaran operasionalnya dari 30 juta dolar menjadi 13 juta dolar pada 2026. 

Direktur National Solar Observatory NSF, Christoph Keller memperingatkan dana itu tidak cukup untuk menjaga teleskop tetap beroperasi. Jika benar harus ditutup, maka dunia tidak hanya kehilangan citra spektakuler Matahari, tetapi juga kesempatan membina peneliti muda di bidang sains surya. 

“Kehilangan teleskop beserta ilmuwannya bisa menghambat penelitian Matahari selama bertahun-tahun,” kata Keller.

Tamburri sendiri merupakan bagian dari Program Duta Teleskop Inouye, sebuah inisiatif yang mendukung peneliti muda agar bisa berkontribusi lebih luas dalam komunitas sains surya. Tanpa dukungan dana, program pelatihan ini juga terancam terhenti.

Namun, jika ini menjadi momen terakhir Inouye, teleskop tersebut menutup perjalanannya dengan pencapaian luar biasa. (Space/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya