Headline
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
SETELAH penantian panjang, para astronom akhirnya berhasil mendeteksi bintang pendamping Betelgeuse, salah satu bintang paling terang dan terkenal di langit malam. Bintang ini mengorbit Betelgeuse pada jarak yang sangat dekat, dan penemuan ini menjelaskan misteri lama mengapa cahaya Betelgeuse meredup secara teratur setiap enam tahun.
Namun, nasib sang pendamping tragis. Para ilmuwan memprediksi dalam beberapa ribu tahun ke depan, Betelgeuse akan “menelan” bintang ini akibat tarikan gravitasinya yang kuat.
Betelgeuse, bintang super raksasa merah berukuran 700 kali Matahari, sudah lama menarik perhatian karena perubahan cahayanya yang periodik. Selain peredupan rutin setiap 400 hari dan siklus panjang enam tahun, bintang ini sempat mengalami peristiwa “Great Dimming” pada 2019–2020, di mana kecerahannya turun drastis.
Saat itu, banyak yang menduga Betelgeuse akan segera meledak sebagai supernova, karena bintang masif seperti Betelgeuse memang membakar bahan bakarnya jauh lebih cepat dibanding Matahari. Namun pada 2023, misteri Great Dimming terpecahkan: penyebabnya adalah awan debu raksasa yang dikeluarkan oleh Betelgeuse sendiri.
Meski begitu, peredupan teratur selama enam tahun tetap menjadi teka-teki yang belum terjawab.
Para ilmuwan sempat menduga ada bintang pendamping tersembunyi yang menjadi penyebab variasi cahaya ini. Namun, pengamatan menggunakan teleskop Hubble dan Chandra tak menemukan hasil.
Akhirnya, tim yang dipimpin Steve Howell dari NASA Ames Research Center berhasil memecahkan misteri ini dengan teleskop Gemini North di Hawaii, menggunakan instrumen khusus bernama ‘Alopeke’ yang mengandalkan teknik speckle imaging untuk mengatasi distorsi atmosfer Bumi.
“Gemini North memungkinkan kami mendeteksi langsung bintang pendamping Betelgeuse, sesuatu yang sebelumnya dianggap hampir mustahil,” kata Howell.
Bintang pendamping ini diperkirakan bermassa sekitar 1,5 kali Matahari dan berwarna biru-putih panas. Ia mengorbit Betelgeuse pada jarak sekitar empat kali jarak Bumi ke Matahari.
Menariknya, bintang ini belum memasuki tahap pembakaran hidrogen di intinya, yang menandai masa hidup utama bintang. Artinya, meski lahir bersamaan, Betelgeuse sudah berada di akhir hidupnya, sementara pendampingnya masih “muda”.
Namun, jarak yang begitu dekat membuat bintang pendamping ini tak akan bertahan lama. Gravitasi Betelgeuse diperkirakan akan menyeret dan “memakannya” dalam waktu sekitar 10.000 tahun.
Para astronom akan kembali bisa mengamati bintang pendamping ini pada November 2027, saat posisinya berada pada jarak terjauh dari Betelgeuse.
Penemuan ini bukan hanya menjawab misteri lama Betelgeuse. Penemuan ini juga memberikan pemahaman baru tentang mengapa bintang super raksasa merah mengalami perubahan kecerahan berkala.
“Penemuan ini berada pada batas kemampuan pengamatan beresolusi tinggi teleskop Gemini, dan berhasil,” kata Howell. “Ini membuka peluang untuk penelitian serupa pada bintang lain.” (Space/Z-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved