Headline
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
DI layar tablet yang dipegang Satria Bagas Ramanda, Senin (7/11) siang itu, tiba-tiba muncul notifikasi. Ada materi pembelajaran yang baru dikirimkan guru fisikanya, Laila Heluth. Siswa kelas XII IPA 1 SMAN 74 Jakarta itu pun membukanya, membaca, lantas mengerjakan beberapa soal. Ketika Satria mencoret-coret layar menggunakan stylus untuk mencari jawaban yang paling tepat, Laila bisa langsung melihat semua catatan itu di layar tabletnya.
Tak hanya itu, Laila bisa melihat data dan pengerjaan soal yang dilakukan muridnya saat itu juga. Bila sudah selesai, Satria langsung meng-input jawaban dan mengirimkannya ke guru untuk dinilai. Demikian juga Retno Dwi Pratiwi yang berselancar mencari penjelasan tambahan di internet. Itu pun tidak lepas dari pengawasan gurunya. Guru bisa memantau apabila murid membuka situs atau aplikasi yang tidak semestinya dibuka.
Teknologi yang sedang mereka gunakan ialah Fujitsu Education Solution K-12 Learning Information Utilization System V1 Chietama. Tablet yang digunakan adalah Fujitsu Tablet Arrows Tab Q704/H. Tablet tersebut dilengkapi dengan keyboard yang bisa dilepas-pasang, jadi bisa difungsikan selayaknya notebook. Di sisi lain, ada juga stylus tablet bawaan, membuat materi bisa secara interaktif ditandai, dicoret, dinilai, dan seterusnya.
Uji coba
Mulai 7 November hingga 23 Desember 2016 mendatang, SMAN 74 Jakarta menjadi tempat digelarnya uji coba education support system. Uji coba dilakukan di satu kelas berisikan 36 siswa. Fujitsu memfasilitasi mereka dengan 20 tablet, dua di antaranya untuk guru. Alhasil, proses pembelajaran interaktif itu masih harus dilakukan secara bergiliran bila menyangkut pengerjaan soal.
Selama materi disampaikan, biasanya dua anak akan menggunakan satu tablet bersama. Inisiatif tersebut diprakarsai Fujitsu Indonesia dengan Global Peace Foundation (GPF) Indonesia. GPF merupakan lembaga swadaya masyarakat yang fokus dalam mendukung peningkatan kapabilitas siswa di Indonesia. Sejak Agustus 2015, Departemen Pendidikan DKI Jakarta bersama GPF meluncurkan program Character & Creativity Initiative (CCI) di 12 sekolah dan SMAN 74 adalah salah satunya.
Kini kerja sama dengan Fujitsu yang memiliki solusi Chietama diharapkan bisa menunjang sistem edukasi berbasis digital. Solusi Chietama bukanlah barang baru. Fujitsu telah merilisnya di Jepang sejak 2014. Tak hanya itu, tahun lalu program serupa juga dilakukan di Chulalongkorn University Thailand. Senior Consultant New Business Development Application Services Fujitsu Maho Hakamada mengatakan,
"Di Jepang, Fujitsu dipercaya pemerintah. Ada 350 pemerintah lokal yang menggunakan anggaran untuk membeli teknologi ini supaya bisa diterapkan di sekolah." Ketika ditanya soal indikator kesuksesan solusi Fujitsu untuk sektor edukasi di Jepang, Maho Hakamada mengakui sulit mengukurnya lewat peningkatan nilai akademis siswa di sekolah. Namun, kepercayaan pemerintah Jepang untuk menggunakan jasa mereka diyakini bukan tanpa alasan.
Hakamada yang juga terlibat dalam program di Thailand menekankan, "Sistem ini tujuannya untuk mendukung pembelajaran yang aktif." Kalau dulu ada kecenderungan partisipasi siswa dalam pembelajaran tidaklah merata dalam kelas karena amat bergantung pada apakah siswa ingin mengacungkan tangan atau sebaliknya ditunjuk guru. Sementara itu, dengan aplikasi Chietama, semua siswa dilibatkan dan apa yang mereka kerjakan bisa dimonitor langsung oleh guru. Dayan Aditya mengaku senang belajar dengan teknologi tersebut.
"Memang lebih mudah dan praktis," ujarnya. Alat yang mudah dibawa itu memungkinkan pembelajaran lebih kreatif, tidak anya di ruang kelas. Ada pula kamera depan dan belakang yang memungkinkan mereka memotret materi pembelajaran yang ingin disimpan. Sebaliknya, manfaat juga dirasakan guru. Dengan aplikasi itu, guru bisa mengirimkan file video berisi materi pembelajaran dengan cepat dan ditonton siswa di layar masing-masing.
"Pelajaran IPA terutama fisika kan ada banyak video, saya bisa kirim video perjalanan arus listrik lalu anak-anak membuat simpulan berdasarkan pengamatan mereka," contoh Laila. Sistem itu mendekatkan guru kepada sumber literatur yang berlimpah lewat koneksi internet, juga memancing mereka lebih siap dalam memulai pembelajaran. Sebelum mengajar, mereka mesti menyiapkan materi untuk dibagikan ke murid lewat aplikasi. Lalu dengan akun khusus guru, Laila juga bisa membagi materi yang menurutnya menarik kepada rekan sesama guru. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved