Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Gripen E, Jet Tempur Efisien

Dhika Winata Kusuma
28/5/2016 00:30
Gripen E, Jet Tempur Efisien
(AFP/ANDERS WIKLUND)

PRODUSEN pesawat asal Swedia, Svenska Aeroplan AB (SAAB), meluncurkan jet tempur terbaru mereka di Linkoping (170km dari Stockholm), pekan lalu.

Jet bernama Gripen E itu resmi masuk pasar dan digadang-gadang akan berkompetisi dengan pesawat perang termahal di dunia pabrikan Lockheed Martin (Amerika Serikat), F-35.

Gripen E merupakan versi terakhir dari total 6 varian seri yang sudah diluncurkan sebelumnya.

Jika dibandingkan dengan para pendahulunya, Gripen E memiliki ukuran lebih besar, mesin lebih tangguh, dan sistem radar teranyar. Gripen E memiliki panjang 15,2 meter dan sayapnya 8,6 meter.

Dengan kapasitas lepas landas seberat 16.500 kg, kecepatannya bisa mencapai level 2 mach. Rata-rata waktu kedatangan setelah misi selesai diestimasi 10 menit.

Menurut SAAB, pesawat itu dirancang agar bisa membawa persenjataan lebih banyak, termasuk kombinasi bom kendali, misil udara ke udara jarak jauh, dan senjata antikapal perang. Ada juga Mauser BK27 27 mm untuk menyerang target di darat dan laut.

Gripen E disokong mesin tunggal General Electric F414 turbofan. Dari segi desain, jet tersebut tak jauh berbeda dengan jet sekelas lainnya yang memakai sayap delta dan sistem avionik 'terbang dengan kabel' (FBW). Bedanya, jet ini memiliki kapasitas bahan bakar 20% lebih besar.

Di samping itu, wahana yang dijuluki 'pesawat tempur pintar' itu dilengkapi perangkat untuk melacak berbagai ancaman dengan sistem radar mutakhir.

Sensor pada Gripen E terdiri dari radar active electronically scanned array (AESA), infra-red search and track (IRST), rangkaian electronic warfare (EW), dan teknologi penghubung data. Menurut SAAB, perpaduan sistem sensor tersebut mampu memudahkan kerja pilot dan operator dalam memberikan informasi.

"Peluncuran Gripen E memastikan Gripen sebagai sebuah produk terus menyaingi Dassault Rafale (Prancis), Eurofighter Typhoon (Inggris), dan F-35 (AS)," kata Francis Tusa, pengamat sekaligus jurnalis senior di Defence Analysis.

Hemat
Dibanderol seharga US$85 juta setara dengan Rp1,19 triliun (tanpa senjata), Gripen E sedikit lebih murah dari pesaingnya. Pesawat F-35, misalnya, dijual senilai US$104 juta atau sekitar Rp1,4 triliun (tanpa mesin). Karena itu, F-35 dijuluki sebagai pesawat tempur termahal di dunia.

Menurut catatan, Kementerian Pertahanan AS pun menemukan cacat fungsi pada perangkat autonomic logistics information system (ALIS) pada F-35.

Pengerahannya untuk angkatan udara pada Agustus mendatang pun ditunda lantaran sistem ALIS dipandang krusial untuk menopang operasi dan pemeliharaan mesin.

Terkait dengan biaya operasional, belum diketahui pasti ongkos yang harus dikeluarkan untuk mengoperasikan Gripen E.

Sekadar perbandingan, menurut data lembaga informasi kemiliteran IHS Jane's pada 2012, pesawat seri Gripen lebih hemat dari segi biaya terbang per jam (CPFH) jika dibandingkan dengan jet-jet tempur lain.

Biaya operasi Gripen JAS 39 diperkirakan US$4.700 (sekitar Rp66 juta) per jam. Jet F-16 memakan US$7.000 (sekitar Rp98 juta), Sukhoi Su-35 US$14.000 (Rp197 juta), Rafale di angka US$16.500 (Rp232 juta), Eurofighter Typhoon US$18.000 (Rp253 juta), dan F-35 US$31.000 (Rp431 juta).

Sejumlah kalangan menilai Gripen E mampu menyaingi F-35 dari segi efisiensi, tetapi tidak lebih baik dalam hal fleksibilitas.

Gripen sendiri sudah menerima berbagai pesanan. Brasil sudah memesan 36 unit dan akan dikirim pada 2019 dan 2024. Sejumlah negara, seperti Finlandia dan India, dikabarkan tertarik untuk membeli.

Versi Gripen yang lain saat ini dipakai di Swedia, Afrika Selatan, Ceko, Hongaria, dan Thailand. Sementara itu, uji coba perdana baru direncanakan digelar tahun ini. (SAAB/Daily Mail/South Asian Defence and Strategic Affairs/L-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik