Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
PERNAHKAH Anda memperhatikan bentuk tubuh laba-laba? Jika diperhatikan, hewan yang termasuk keluarga Arachnida ini tidak memiliki ekor.
Namun, berbeda dengan fosil yang ditemukan di Myanmar baru-baru ini. Fosil ini berbentuk persis seperti laba-laba beserta organ penenun jaringnya. Yang membedakan, fosil Arachnida itu memiliki ciri-ciri khas buntut berbentuk milik cambuk yang dipenuhi rambut pendek yang mungkin dipakai untuk merasakan kehadiran predator dan juga mangsanya.
Uniknya, makhluk ini terbungkus resin pohon yang diperkirakan berusia 100 juta tahun lalu. Dengan kata lain, fosil aneh ini berasal dari pertengahan zaman Kapur.
Penemuan ini juga menunjukkan keluarga Arachnida sudah menjelajahi bumi setidaknya selama 280 juta tahun.
Sayangnya, para ilmuwan hingga kini masih belum sepakat menempatkannya di bagian evolusi mana. Hal ini terutama disebabkan ekor panjang yang dimilikinya tidak sesuai jika ditempatkan pada keluarga laba-laba.
Fosil yang diberi nama Chimerarachne yingi ini sebetulnya memiliki banyak ciri yang mirip dengan laba-laba modern. Sebut saja ciri delapan kaki, dua pedipalpus (alat capit) pada jantan, taring, dan pemintal benang juga dimiliki fosil ini.
Meski punya banyak ciri mirip dengan laba-laba modern, fosil ini punya ekor panjang berukuran 3 mm. Inilah yang membedakannya dengan laba-laba modern.
Menurut para peneliti, ekor ini digunakan untuk pengindraan. "Ini fosil yang bisa menjadi kunci untuk memahami asal-muasal laba-laba," ujar paleontolog Chinese Academy of Sciences, Bo Wang. Fosil hewan itu dipamerkan di University of Kansas, Amerika Serikat (AS), Senin (5/2).
Meski deskripsi hewan itu tampak menyeramkan, Chimerarachne hanya berukuran panjang 7,5 milimeter (mm). Ukuran tubuh itu hanya lebih panjang sedikit daripada total panjang ekornya. Paleontolog dari University of Kansas, Paul Selden, mengatakan Chimerarachne menunjukkan semacam missing link antara laba-laba modern dan leluhurnya.
Beda pendapat
Selden sebenarnya hanyalah salah satu dari dua tim internasional yang meneliti fosil tersebut. Dia bekerja sama dengan Bo Wang dari Chinese Academy of Science.
Sementara itu, tim lain yang juga mempelajari fosil ini dipimpin Diying Huang. Kedua tim ini memiliki kesimpulan berbeda terhadap fosil ini.
Tim Selden dan Wang menyimpulkan fosil ini termasuk keluarga laba-laba modern, Araneae, sedangkan tim Huang percaya fosil ini termasuk kelompok Uraraneida.
"Fosil baru ini, sangat terpelihara dengan baik, menunjukkan semua karakter atau ciri yang digambarkan merujuk pada Uraraneida dan kerabatnya, seperti perut tersegmentasi dengan ekor panjang. Sementara itu, ciri yang diketahui merujuk Araneae hanya modifikasi palpus (mungkin berfungsi sebagai orang untuk mentransfer sperma) dan pemintal laba-laba yang khas dengan spigot," tulis laporan tim Huang.
Selain itu, tim Huang mencatat laba-laba hidup berdampingan dengan Uraraneida selama zaman kapur (yang diketahui dari fosil tersebut). Ini membuktikan Uraraneida tidak berevolusi menjadi Araneae (laba-laba modern).
Sepertinya, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat dari kedua tim ini. (AFP/Science Alert/University of Kansas/L-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved