Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
KETIKA penyebaran dan pengaruh teknologi dalam lima tahun ke depan akan menjadi pendorong utama perubahan di seluruh dunia, dampak teknologi terhadap pasar lokal justru sangat bervariasi terutama untuk kawasan yang beragam seperti Asia Tenggara.
Hanya empat dari 14 pergeseran teknologi yang teridentifikasi dapat diharapkan sebagai game changer di wilayah negara-negara yang sedang bertumbuh dan berkembang.
Demikian menurut sebuah laporan yang baru dirilis oleh perusahaan manajemen kinerja, Nielsen, Jumat (8/9).
Dalam laporan What's Next in Tech, sebuah panel yang terdiri dari hampir 50 pakar Nielsen dari berbagai bidang bisnisnya diminta untuk memberikan peringkat dampak dari 14 pergeseran teknologi yang teridentifikasi di wilayah mereka dan menandai hasil potensial dari teknologi yang dimiliki di wilayah tersebut terhadap konsumen, ritel dan supplier.
Menurut para pakar tersebut, ada empat perubahan teknologi yang akan berdampak signifikan di Asia Tenggara dalam 5 tahun mendatang, yaitu the sharing economy, termasuk platform yang memanfaatkan teknologi untuk menghubungkan pembeli pribadi dan penjual secara non-tradisional.
Mereka menyediakan "pasar" daring (online) yang menghubungkan penawaran dan permintaan dalam kantong kecil di wilayah geografis yang semakin luas. Contohnya termasuk platform online untuk penyewaan akomodasi jangka pendek, peminjaman finansial secara peer-to-peer, sumber keramaian, berbagi mobil, dan perdagangan.
Di Indonesia sendiri, hal ini sedang berlangsung seperti maraknya fintech dan aplikasi transportasi berbagi tumpangan, seperti Uberpool dan Grabhitch.
Kemudian, peyebaran teknologi dan infrastruktur yang melibatkan peningkatan dan penggunaan teknologi yang ada sudah mainstream di sebagian besar dunia. Dua contoh utama adalah Internet dan perbaikan terkait (bandwidth dan kecepatan), dan bertumbuhnya penetrasi sistem berlangganan dan produk seluler dan smartphone, termasuk aplikasi.
Peningkatan teknologi ini membuka layanan perbankan dan e-commerce secara cepat dan menciptakan keterlibatan konsumen yang lebih dalam dengan produk dan merek. Adaptasi konsumen terhadap smartphone dengan cepat merubah konsumsi konten media dan iklan mereka menjadi lebih personal dan lebih tersedia dari sebelumnya.
Ketiga, yaitu big data dan artificial intelligence. Perubahan ini mencakup teknologi yang mengumpulkan dan memproses data dalam jumlah sangat besar untuk meningkatkan pengelolaan sistem skala makro atau besar. Kemampuan pemrosesan dan kemampuan memori komputer yang meningkat sangat cepat saat ini memungkinkan pemerintah untuk memiliki informasi real-time diantaranya tentang arus lalu lintas, penggunaan energi, dan polusi.
Beberapa perusahaan multinasional saat ini menuju ke arah big data dan kecerdasan buatan untuk dapat lebih memahami perilaku konsumen, meningkatkan logistik, dan untuk perdagangan finansial.
Terakhir, pembayaran nontunai. Teknologi ini memberikan solusi pembayaran non-tunai seperti pembelian eceran sistem "gesek dan bayar", sistem mata uang dan pembayaran nontunai dari Bitcoin, dan database "blockchain" yang sangat aman untuk transaksi bisnis dan internasional. Indonesia sendiri juga sedang menggalakkan cashless society di mana masyarakat diimbau dan diedukasi untuk lebih menggunakan transaksi nontunai.
"Teknologi tidak selalu berarti perubahan seismik dan hasil yang homogen. Sebuah teknologi yang disiarkan sebagai game changer, mungkin pada kenyataannya hanya berakar di negara yang sudah lebih matang atau mungkin akan membutuhkan lebih dari lima tahun untuk beberapa negara lainnya," kata Regan Leggett, Executive Director for Thought Leadership and Foresight in Nielsen’s Growth and Emerging Markets, melalui rilis yang diterima, Jumat (8/9).
Hal ini terutama berlaku untuk Asia Tenggara di mana ada negara-negara yang didominasi oleh populasi pedesaan yang tidak terhubung di satu sisi, dan di sisi lain adalah konsumen perkotaan yang paling terhubung di dunia.
Dengan mengenali dan memahami pergeseran ini, peritel dan pemilik merek dapat mengantisipasi kebutuhan masa depan dan membentuk strategi mereka untuk memasuki peluang yang terbuka di tahun-tahun mendatang.
Laporan tersebut lebih lanjut menggambarkan hasil dunia nyata bagi konsumen, peritel dan pemilik merek. Dalam lima tahun ke depan, hasil utama dari pergeseran teknologi di Asia Tenggara adalah bangkitnya konsumsi terprogram.
Dengan konsumen perkotaan Asia Tenggara yang sebagian besar terhubung di dunia dan sangat bergantung pada perangkat pribadi, sangat mungkin bahwa para konsumen ini akan lebih terbuka terhadap konsumsi terprogram, baik di dalam toko maupun melalui sistem koneksi di rumah yang terhubung dengan pemesanan otomatis.
"Konsumen yang menjalani gaya hidup on-the-go akan menghargai kemudahan dan penghematan waktu yang disediakan oleh sebuah program. Banyak konsumen hanya akan menerima rekomendasi tentang segala hal mulai dari tempat makan, apa yang harus dipakai, apa yang harus ditonton dan tempat berlibur dari smartphone dan perangkat lain berdasarkan data perilaku mereka sendiri,” jelas Leggett.
Hasil yang memungkinkan berguna bagi peritel adalah dengan terhubungnya toko ke dalam perangkat. Dalam hal ini, peritel akan dapat terhubung dan berkomunikasi dengan konsumen di toko, secara otomatis menghubungkan melalui perangkat ke data loyalitas yang menawarkan pengalaman dan penawaran yang disesuaikan secara real-time.
Bagi merek-merek yang biasa digunakan konsumen, hasil yang mungkin berguna di Asia Tenggara adalah teknologi untuk membangun merek. Dalam hal ini, merek akan memanfaatkan lingkungan digital yang diciptakan oleh realitas virtual dan digandakan untuk terhubung dengan konsumen dengan cara-cara yang baru dan menarik.
“Bayangkan sebuah toko sepatu dimana konsumen dapat merancang dan memvisualisasikan sepatu lari mereka sendiri melalui teknologi virtual lalu mengunggahnya dan mencetaknya dengan menggunakan printer 3D," kata Leggett.
Pergeseran teknologi lainnya yang teridentifikasi dalam laporan ini adalah: mempelajari mesin dan pengambilan keputusan seperti Robotika, Drone dan layanan otomatis, Internet of Things (IOT) serta rumah dan kota yang terhubung, Teknologi energi baru (terbarukan, efisien, murah), Sistem transportasi otonom, Perangkat internet yang dapat dipakai, Realitas virtual dan tergandakan, Pencetakan 3D (konsumen, medis, dan manufaktur), Teknologi medis (yaitu implant, penggantian, DNA), dan nanoteknologi serta material cerdas lainnya. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved