Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
LIVERPOOL memberikan hukuman setimpal bagi perjudian yang dilakukan Arsene Wenger.
Keputusan Wenger membangkucadangkan Alexis Sanchez di babak pertama berujung kekalahan 1-3 the Gunners saat melawat ke Anfield dalam lanjutan Liga Primer, kemarin.
Tanpa Sanchez di babak pertama, Arsenal tertinggal 0-2 melalui gol Roberto Firmino (9') dan Sadio Mane (40').
Di babak kedua, keputusan Wenger memainkan Sanchez membuahkan hasil melalui gol Danny Welbeck (57') yang memanfaatkan umpan matang pemain asal Cile tersebut.
Namun, tidak hanya sampai di situ perlawanan tim tamu.
Liverpool pun menambah skor 3-1 saat gelandang Belanda Georginio Wijnaldum mencetak gol penutup di injury time babak kedua.
"Ya (Sanchez) memberikan dampak di babak kedua. Namun, saya merasa penyerang kesulitan karena kami tidak mendominasi lini tengah. Di babak kedua semua terlihat lebih mudah. Tentu ini selalu bisa diperdebatkan," ujar Wenger.
Manajer Liverpool Juergen Klopp menilai baru dimainkannya Sanchez di babak kedua tidak lantas menjadi keuntungan bagi tim besutannya.
Menurut Klopp, selama 17 tahun menjadi pelatih, dirinya tidak pernah terkejut akan starting line up yang diturunkan tim lawan.
"Itu bukan keuntungan besar bagi kami. Bermainnya Sanchez memang mendatangkan dampak besar, tetapi kami bisa mengatasinya," jelas Klopp.
Menurut Klopp, kemenangan atas Arsenal disebabkan Firmino dan kawan-kawan tampil dalam performa terbaik.
"Ketika kami padu, kami akan bermain fantastis," puji Klopp.
Tunjukkan kelemahan
Namun, di balik euforia kemenangan tersebut, Liverpool kembali menunjukkan kelemahan.
Rekam jejak rival sekota Everton yang sangat buruk melawan tim-tim medioker sangat kontras jika melihat penampilan luar biasa apabila menghadapi tim-tim elite Liga Primer Inggris.
Sebut saja Chelsea, Tottenham Hotspur, Manchester City, Arsenal, ataupun Manchester United yang tidak sekali pun mampu menaklukkan Liverpool baik di laga kandang maupun tandang musim ini.
Malah sering kali Liverpool yang menjadi mimpi buruk tim-tim elite tersebut.
Satu contohnya ialah kekalahan kandang satu-satunya Chelsea musim ini yang disebabkan Liverpool.
Belum lagi Manchester City, Arsenal, dan Tottenham Hotspur juga sama-sama bernasib sial jika berurusan dengan 'si Merah'.
Namun, kondisi berbeda jika Liverpool harus menghadapi tim-tim medioker yang menerapkan pola permainan lebih bertahan.
Lini depan Liverpool tidak jarang gugup dan frustrasi menghadapi tim-tim dengan pertahanan berlapis.
Klopp belum menemukan racikan yang pas untuk mengatasi situasi tersebut.
Hal yang bisa dilakukan Adam Lallana dan kawan-kawan hanya terus bermain menyerang dan mengandalkan kecepatan kedua sayap sambil menunggu datangnya gol.
Tengok saja performa Liverpool kala ditaklukkan Leicester City 3-1 pekan lalu.
Mereka menguasai 70% bola, melakukan 17 kali percobaan dengan tujuh di antaranya tepat sasaran, tapi hanya satu gol yang dibuat.
Sementara itu, jika menghadapi tim-tim besar, para pemain Liverpool punya ruang cukup untuk mengeksplorasi permainan terbuka tim lawan.
Ini tentu menjadi tantangan bagi Klopp.
Apalagi di sisa 11 pertandingan musim ini, Liverpool akan bertemu sejumlah tim medioker yang akan bermain bertahan seperti Watford, Middlesbrough, dan Crystal Palace. (Goal/ESPN/R-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved