Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
TERLAHIR sebagai pencetak gol di lapangan hijau, benar-benar dituntaskan seorang Ricky Yakobi. Legenda timnas Merah Putih itu ambruk selepas mencetak gol pada ajang Trofeo Medan Selection di Lapangan A Senayan, Jakarta, pagi kemarin.
Suami dari pelatih loncat indah Harly Ramayani itu diduga mengalami serangan jantung. Pertolongan di lapangan, dan membawa Ricky ke RS Mintoharjo, tetapi Tuhan lebih sayang kepada bintang lapangan hijau kelahiran Medan, Sumatra Utara, 12 Maret 1963 itu. Ricky Yakobi menjemput takdir menghadap Sang Khalik.
“Sepak bola Indonesia telah kehilangan sosok hebat dari Ricky Yacobi,” ungkap Plt Sekjen PSSI Yunus Nusi, kemarin.
Yunus menyebut mengenal almarhum pada 1985. Selain itu, almarhum merupakan sosok yang terbuka dan senang berdiskusi. “Almarhum ialah legenda striker timnas dan beliau merupakan orang yang asyik untuk diajak diskusi. Saya pun beberapa kali berdiskusi mengenai timnas dengan beliau,” pungkas Yunus.
Rasa kehilangan juga disampaikan pihak Kemenpora melalui Sekretaris Kemenpora Gatot Dewa Broto. “Kami selalu menjalin hubungan baik dengan almarhum. Kami dari Kemenpora
pun merasa kehilangan dengan sosok beliau,” tutur Gatot.
Gatot pun menilai almarhum sebagai sosok yang sangat peduli dengan sepak bola nasional. Hal itu terlihat saat awal pembentukan PSSI pada 2015. Ricky merupakan satu-satunya
mantan pemain timnas yang bergabung dengan tim transisi PSSI. “Beliau bukan hanya pemain, melainkan juga pemikir dan memiliki komitmen tinggi untuk pengembangan sepak bola nasional,” ujar Gatot.
Bambang Nurdiansyah, legenda timnas yang juga berposisi sebagai striker, mengenang Ricky Yakobi sebagai sosok yang tegas. “Sulit cari pemain seperti dia, punya sikap dan tegas. Kalau pengurus dan manajer tidak baik, dia akan bersuara lantang, itu Ricky. Iya itu saya lihat itu saat bersama-sama di timnas,” ujar Bambang yang tiga tahun lebih tua ketimbang Ricky. Bambang pernah satu klub bersama Ricky di Arseto Solo.
Ricky Yakobi yang terlahir di Medan, merintis karier dengan mengantar bond kota kelahirannya PSMS menjadi kampiun Piala Suratin. Kala itu, tim ‘Ayam Kinantan’--julukan PSMS--memenangi kejuaraan untuk usia 18 tahun. Bersama PSMS, Ricky yang memiliki sosok ideal sebagai striker, sukses mempersembahkan dua gelar perserikatan pada 1983 dan 1985.
Karier profesional dilanjutkan bersama Arseto Solo selama lima musim dari 1986-1991. Dua kali menjadi pencetak gol terbanyak, Ricky juga mempersembahkan gelar Galatama 1987.
Selama 31 kali membela timnas dari 1985 hingga 1991, Ricky menorehkan prestasi gemilang, masuk semifi nal di Asian Games Seoul 1986, serta meraih medali emas SEA Games 1987.
Kepiawaiannya membuat klub Jepang Matsushita Electric FC, yang kini berganti nama menjadi Gamba Osaka, terpincut untuk mendatangkannya pada 1989. Namun, cedera membuat Ricky Yakobi pulang kampung.
Selepas pensiun, hidupnya tidak lepas dari sepak bola. Membuat sekolah sepak bola (SSB) Ricky Yakobi di kawasan Senayan. Hingga akhirnya di lapangan hijau, sang legenda berpulang. Kini dia lelap di tempat peristirahatan terakhir, TPU Tanah Kusir. Selamat jalan sang legenda. (Berbagai sumber/Dro/R-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved