Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
PREDIKAT tim penggembira di pergelaran Piala Dunia terasa lekat untuk Iran. Sebabnya, dalam empat kali keikutsertaan di putaran final ajang terakbar sepak bola dunia, Team Melli, julukan Iran, selalu gagal menebus persaingan babak penyisihan grup.
Iran tercatat baru meraih satu kemenangan dalam 12 pertandingan pada putaran final Piala Dunia. Satu-satunya kemenangan diraih atas Amerika Serikat pada penyisihan Grup F Piala Dunia 1986 dengan skor 2-1. Sisanya berakhir dengan delapan kali kekalahan dan tiga kali hasil seri.
Piala Dunia 2018 menjadi keikutsertaan kelima kali bagi Iran. Untuk kesekian kali pula, Iran menargetkan diri sendiri melepas cap sebagai tim penggembira saja.
"Tujuan dan mimpi saya mencapai fase sistem gugur. Kami tidak seharusnya puas dengan babak putaran pertama. Kami harus berambisi dan berpikir luas. Kami tidak akan pergi ke Rusia sebagai turis," kata pelatih timnas Iran, Carlos Queiroz.
Harapan pelatih kelahiran Portugal itu tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Queiroz harus menghadapi tim nasional negaranya, Portugal, di penyisihan Grup B. Yang perlu digarisbawahi, Portugal merupakan juara bertahan Euro 2016 plus mereka memiliki Cristiano Ronaldo.
Selain itu, terdapat raksasa Eropa, Spanyol, yang masuk menjadi daftar kompetitor. Spanyol merupakan juara Piala Dunia 2010 dan berstatus tidak terkalahkan di bawah kepemimpinan Julen Lopetegui di babak kualifikasi. Sementara itu, lawan terakhir ialah Maroko yang memiliki kualitas yang selevel dengan Iran.
Pertandingan Iran dan Maroko akan menjadi laga pembuka di Grup B. Kedua belah pihak pun sepakat kemenangan merupakan harga mati untuk menghidupkan asa lolos ke babak selanjutnya.
"Kami akan bermain seperti kami mempertaruhkan hidup kami (melawan Maroko). Mereka tim hebat dengan pemain fantastis dan pelatih yang bagus pula. Di babak kualifikasi, mereka tidak menelan kekalahan jadi itu membuktikan kualitas mereka," imbuh Queiroz.
Andalkan skuat muda
Salah satu kekuatan Iran ialah barisan pemain mudanya. Sejumlah 8 dari 11 pemain inti yang biasa diturunkan Queiroz berusia di bawah 25 tahun.
Di barisan tengah, gelandang 21 tahun Saeid Ezatolahi dan Ali Karimi menjadi andalan. Sementara itu, kekuatan utama Iran di duet lini serangan muda Alireza Jahanbakhsh dan Sardar Azmoun.
Nama terakhir mencetak 11 gol selama babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Asia. Sementara itu, Jahanbakhsh merupakan penyerang inti klub Belanda AZ Alkmaar. Penyerang 24 tahun itu mencetak 23 gol untuk De Graafschap, julukan Alkmaar, di berbagai ajang. Jahanbakhsh pun menjadi pencetak gol terbanyak Eradivise Belanda musim ini.
"Dia (Jahanbakhsh) merupakan pemain yang fantastis. Luar biasa ketika memilikinya di dalam tim. Dia merupakan pencetak gol terbanyak bagi tim musim ini," kata pelatih AZ Alkmaar John van den Brom.
(FIFA/Skysports/R-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved