Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
KALAH di pertandingan pertama Grup H pada kualifikasi Piala Asia U-23 melawan Malaysia U-22 wajib segera dilupakan timnas Indonesia U-22. Evan Dimas dkk tidak punya banyak waktu untuk meratapi kegagalan dan harus segera bangkit demi meraih hasil maksimal dalam dua pertandingan sisa. Pelatih tim ‘Merah Putih’ Luis Milla Aspas mencoba merakit harapan pada duel melawan Mo-ngolia di National Stadium Bangkok, sore nanti. Pelatih Spanyol itu berjanji menurunkan pemain terbaik demi hasil maksimal.
“Saya tidak punya keraguan 11 pemain pertama yang bakal diturunkan merupakan pemain terbaik. Lawan Mongolia kami wajib menang. Ibarat laga final bagi kami,” tutur Milla di Bangkok, Kamis (20/7). Pernyataan itu seperti isyarat dari Milla yang akan menurunkan dua pemain andalan, Evan Dimas dan Hansamu Yama yang sebelumnya terparkir dari menit pertama di pertandingan sebelumnya. Kehadiran keduanya dinilai teramat penting karena baik Hansamu maupun Evan merupakan pemain paling berpengalaman dalam tim.
Di sisi lain, banyak kekurangan yang harus segera ditemukan jika Indonesia ingin memaksimalkan laga itu. Kesalahan paling umum ialah umpan-umpan yang tidak akurat. Selain itu, koordinasi buruk di lini belakang patut menjadi perhatian.
“Kami telah melakukan evaluasi. Kami sudah tahu kekuatan masing-masing pemain,” imbuhnya. Konsentrasi sejak awal laga juga menjadi sorotan karena tiga gol kekalahan dari Malaysia tercipta pada 30 menit babak pertama.
Selain itu, Mongolia bukanlah lawan yang mudah dihadapi. Menahan imbang Thailand 1-1 pada laga, Rabu (19/7), menjadi bukti ‘Pasukan dari Tanah Genghis Khan’ itu tidak bisa dipandang sebelah mata.
Akan tetapi, Indonesia punya harapan karena secara permainan Mongolia tidak spesial. Kondisi lapangan yang becek di National Stadium Bangkok akibat guyuran hujan membuat permainan kedua tim tidak berkembang. Apalagi, gol penyama kedudukan terjadi karena ekse-kusi tendangan penalti.
Demam panggung
Pengamat sepak bola Imran Nahumarury menyayangkan gagalnya sejumlah pertandingan uji coba level internasional. Padahal, pertandingan tersebut dibutuhkan untuk membangun mentalitas tim. Ketika melawan Malaysia U-22, Imran menilai tim asuhan Luis Milla masih kurang dari sisi pengalaman. Walhasil, banyak pemain yang demam panggung. Indonesia sejatinya diagendakan untuk mengikuti agenda Islamic Solidarity Games (ISG) 2017 di Baku dan pemusatan latihan di Spanyol. Namun, dua agenda tersebut batal terwujud.
“Kalau uji coba lokal sangat berbeda karena tidak ada tekanan. Ketika bermain di luar negeri, mengambil pengalaman dari tim dengan level di atas kita. Itu sangat membantu dari aspek kepercayaan diri,” ujar Imran, mantan gelandang timnas Indonesia, saat dihubungi, kamis (20/7). Imran juga menyoroti PSSI untuk memperbaiki kompetisi usia muda dan tidak memaksakan regulasi U-23 di kompetisi Liga 1. “Pemain muda tidak usah dipaksa untuk kompetisi senior. Kalau punya kualitas yang bagus ya pasti nanti dipromosikan. Tapi tentu mempersiapkan tim tidak bisa instan, sekarang ada Liga U-19 dan diharapkan dapat membantu,” jelasnya. (R-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved