Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Ambisi Besar der Panzer

Satria Sakti Utama
02/7/2017 10:34
Ambisi Besar der Panzer
(AP/MARTIN MEISSNER/SERGEI GRITS/AFP/YURI CORTEZ/PATRIK STOLLARZ/GRAFIS: Tim MI)

MITOS sering kali seiring sejalan dengan sejarah sepak bola dunia, termasuk untuk ajang Piala Konfederasi. Dua finalis, timnas Jerman dan Cile, dibayangi kutukan jelang partai pemungkas di Stadion Krestovskiy, St Petersburg, Rusia, Senin (3/7) dini hari nanti.

Sejak Piala Konfederasi diperkenalkan pada 1997 silam, tim yang jadi juara tidak pernah mengulangi prestasi yang sama di pergelaran puncak Piala Dunia yang berlangsung satu tahun kemudian. Brasil dan Prancis menjadi tim yang telah merasakan kutukan tersebut.

Selecao julukan Brasil menjadi tim tersukses yang menjuarai Piala Konfederasi dengan empat gelar (1997, 2005, 2009, dan 2013). Namun, empat kali pula Brasil menelan pil pahit gagal bersinar di Piala Dunia, terakhir kali saat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014 lalu.

Sementara itu, Prancis gagal total pada Piala Dunia 2002 setelah jadi juara dalam turnamen yang mempertemukan juara-juara setiap benua satu tahun sebelumnya.

Meskipun demikian, arsitek timnas Jerman Joachim Loew tampaknya tidak terpengaruh oleh mitos tersebut. Pelatih yang membawa der Panzer julukan Jerman jadi juara Piala Dunia 2014 lalu itu tetap menargetkan kepulangan mereka dengan raihan trofi. Dengan modal skuat muda, Loew percaya diri timnya mampu menaklukkan juara Copa Amerika itu.

"Mereka sangatlah ambisius dan bercita-cita menjadi bagian tim ini. Di ruang ganti, mereka sangat senang, tapi mereka tahu ada pertandingan yang akan dijalani dan saya cukup percaya diri mereka dapat melakukannya," ujar Loew.

Pelatih 57 tahun itu mulai berharap banyak dengan tim yang didominasi pemain muda dan nama baru. Namun, kemenangan 4-1 atas Meksiko di babak semifinal sudah cukup membuktikan Julian Draxler dan kolega tetap menjadi tim unggulan. Loew pun diprediksi tidak banyak mengubah formasi 3-4-2-1 untuk menghadapi Cile.

"Kami berkembang. Semua pertandingan memberi kami masalah berbeda dan memberikan banyak pengalaman. Kami tahu apa yang diinginkan. Mereka saling berjuang dan secara bersama-sama memenangi dan menjadi tim yang kuat," imbuhnya.

Di sisi lain, sejarah pun masih menguntungkan Jerman. Dalam empat pertarungan terakhir, Jerman mengunci tiga kemenangan dan sekali seri yang terjadi di fase grup turnamen ini. Kemenangan terakhir Cile terjadi 49 tahun lalu.

Tahun gemilang
Kapten Cile Claudio Bravo berhasrat membantu timnya melanjutkan periode gemilang. La Roja julukan Cile belum pernah mencicipi gelar bergengsi sampai menjuarai Copa Amerika 2015.

Cile pun mengulangi prestasi yang sama dalam edisi Piala Amerika Centenario pada tahun lalu. Lagi-lagi mereka menyingkirkan Argentina di partai final. Menjuarai Piala Konfederasi dan tiga gelar dengan tiga trofi berbeda membuat Cile mempermanis periode emas.

"Kami negara yang mungkin tidak akan pernah merasakan situasi seperti ini. Jadi, dengan sepak bola, kami membuat masyarakat senang dan melupakan sejenak masalah. Itulah hal terbaik dari semuanya," ujar kiper Manchester City itu.

Bravo menjadi bintang di semifinal. Dia menghentikan tiga kali eksekusi titik putih Portugal secara beruntun pada babak adu penalti. (Goal/Fifa/Espn/R-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik