Kampung Tua Tunu dan Keislaman di Bangka

Fal/Ant/H-1
19/4/2023 06:15
Kampung Tua Tunu dan Keislaman di Bangka
Masjid Kayu Tua Tunu, Pangkalpinang, Bangka Belitung.(Dok. pangkalpinangkota.go.id)

KATA 'Tua Tunu' berasal dari kata 'rumah tua atau tua' dan 'tunu' artinya rumah tua atau kampung yang dibakar. Rumah tua atau kampung tua tersebut dibakar kompeni Belanda karena dianggap sebagai markas/ tempat tinggal para pejuang.

Sejarah mencatat pada 1851, pembentukan kampung di sepanjang jalan baru dan Desa Tua Tunu hanya terdiri atas 10 hingga 40 atap rumah.

Tua Tunu merupakan salah satu kampung tua di pulau Bangka yang berdiri sebelum masa kemerdekaan dan memiliki jejak sejarah dengan peninggalannya, seperti masjid Al Mukarom.

"Kampungnya itu kan terdiri atas kampung dalam, kampung tengah, kampung ujung. Mereka ada yang sebagian pindah ke Pangkal Pinang di awal sekitar 1926," ucap Akhmad Levan, Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung.

Tua Tunu menyimpan bukti sejarah pembangunan dan perkembangan Islam seperti Masjid Al Mukarom yang dibangun pada 1926 merupakan masjid pertama yang menyelenggarakan salat Jumat di Kota Pangkal Pinang.

Masjid Al Mukarom telah mengalami tiga kali pemugaran, tetapi tidak mengubah bentuk ataupun ornamennya.

"Mereka itu semangat bergotong royong bersama masyarakat tokoh agama dan tokoh masyarakat. Mereka bersatu bahu-membahu untuk membangun masjid terbesar di sini," ungkap Pengurus Masjid Al Mukarom, Arsad Umar.

Selain masjid, bukti sejarah lain yang terkait dengan Tua Tunu ialah Kuburan Akek Bandeng, makam ulama yang dipercaya masyarakat sebagai orang yang memiliki karamah atau keistimewaan di luar kemampuan manusia awam.

Ulama yang memiliki nama Akek Malik wafat pada 1920, sementara makamnya telah menjadi destinasi wisata religi di Kepulauan Bangka Belitung.

Selain itu, terdapat Perigi Pakasem atau Sumur Pekasem. Sumur ini dulunya milik salah satu warga yang dijadikan tempat untuk membuang mayat orang-orang yang dibunuh Tentara Rakyat Indonesia karena dianggap musuh atau mata-mata para penjajah.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
  • Marhaban Ya Ramadan, Kesempatan untuk Beramal

    01/4/2022 17:12

    BULAN suci Ramadan harus disambut dengan sukacita dan rasa syukur yang besar

  • Menjaga Keberkahan dengan Basmalah

    01/4/2022 17:12

    SETIAP melakukan sesuatu sebaiknya diawali dengan bacaan basmalah

  • Bulan Suci Penuh Ampunan

    01/4/2022 17:12

    BULAN Ramadan merupakan bulan yang berbeda dengan bulan-bulan yang lainnya.

  • Hikmah Puasa untuk Menahan Diri

    01/4/2022 17:12

    SAAT berada di bulan suci Ramadan dan melaksanakan ibadah puasa

  • Menjadi Orang Arif

    01/4/2022 17:12

    TERDAPAT dua pengetahuan yang sering dikonsumsi, yakni pengetahuan olahan batin yang disebut dengan kearifan dan pengetahuan yang diperoleh melalui nalar kemudian disebut dengan ilmu.

  • Jauhi Hal-Hal yang Batalkan Puasa

    01/4/2022 17:12

    UMAT muslim tentu tidak ingin kegiatan yang dilakukan sehari-hari justru membatalkan atau menggugurkan ibadah puasa Ramadan.

  • Puasa dan Toleransi Beragama

    01/4/2022 17:12

    TOLERANSI ialah nilai kemanusiaan dan semua orang membutuhkannya. Toleransi dibutuhkan karena setiap orang memiliki perbedaan-perbedaan.

  • Tobat Inabah dan Istijabah

    01/4/2022 17:12

    DALAM kehidupan, kita sering kali melakukan kesalahan dan dosa, tapi Allah SWT memberikan satu kesempatan untuk senantiasa bertobat.

Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah