Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
MENYUSURI Jejak Islam di ‘Kota Santri’ Kaliwungu, Kabupaten Kendal, menjadi sebuah perjalanan menarik di bulan Ramadan karena keindahan dan kesyahduan bacaan Al-Qur’an terdengar menyejukkan hati di setiap sudut perkampungan dan masjid yang ada.
Sejarah Kaliwungu menjadi Kota Santri tidak terlepas dari perjuangan Sunan Katong atau Bathara Katong yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel, mampu mengislamkan wilayah ini, setelah bersama mendarat bersama pasukannya termasuk beberapa tokoh, seperti Ten Koe Pen Jian Lien (Tekuk Penjalin), Han Bie Yan (Kyai Gembyang), dan Raden Panggung (Wali Joko).
Perjuangan untuk menguasai dan menyebarkan agama Islam tidak mudah karena pada saat itu Kaliwungu dan Kendal masih harus menaklukkan seorang tokoh agama Hindu/Buddha, juga disebutkan sebagai mantan petinggi Kadipaten di bawah Kerajaan Majapahit untuk wilayah Kendal/Kaliwungu bernama Suromenggolo (Empu Pakuwojo).
Hingga akhirnya Sunan Katong berhasil memenangi perkelahian yang digambarkan dalam sejarah cukup sengit hingga akhirnya dapat menguasai wilayah serta mengislamkan Pakuwojo dan menjadikan rakyat wilayah itu mengikuti ajaran sunan.
Setelah penaklukan Kaliwungu dan Kendal, Wali Joko (Suweryo) merupakan adik dari Sunan Katong juga salah satu santri Sunan Kalijaga, mendirikan masjid di pusat Kota Kendal (sekarang Masjid Agung Kendal) sekitar 1493 pada Kasultanan Demak.
Wali Joko yang juga bernama Pangeran Panggung secara hierarki merupakan putra bungsu Prabu Kertabumi (Prabu Brawijaya V) dari Permaisuri Dewi Murdaningrum, seorang putri dari Kerajaan Campa, sehingga Wali Joko masih memiliki hubungan darah dengan Raden Patah (raja pertama Kesultanan Demak Bintoro).
Perjalanan sejarah Kaliwungu sebagai Kota Santri terus berjalan hingga Kiai Asy'ari (Kiai Guru) yang mengajarkan dan menyebarkan agama Islam serta mendirikan Masjid Al-Muttaqin pada 1653 sebagai pusat peribadatan dan pendidikan agama Islam kepada santri dan warganya.
Bahkan, setelah belajar di Mekah, Kiai Guru yang mendirikan pondok pesantren di Kaliwungu. Kiai Asy'ari merupakan utusan dari kerajaan Mataram Islam Yogya yang melahirkan para ulama besar, seperti KH Sholeh Darat (Semarang), KH Ahmad Bulkin (Mangkang), KH Musa Kaliwungu (Kiai Musa Bobos), dan KH Anwaruddin Kriyan (Cirebon).
Di bulan Ramadan seperti saat ini, baik di Masjid Agung Kendal maupun Masjid Besar Al-Muttaqin Kaliwungu, menggelar pengajian Kitab Kuning serta menyediakan makan dan minum untuk berbuka bagi semua lapisan masyarakat, terutama para musafir yang kebetulan singgah.
BULAN suci Ramadan harus disambut dengan sukacita dan rasa syukur yang besar
SETIAP melakukan sesuatu sebaiknya diawali dengan bacaan basmalah
BULAN Ramadan merupakan bulan yang berbeda dengan bulan-bulan yang lainnya.
SAAT berada di bulan suci Ramadan dan melaksanakan ibadah puasa
TERDAPAT dua pengetahuan yang sering dikonsumsi, yakni pengetahuan olahan batin yang disebut dengan kearifan dan pengetahuan yang diperoleh melalui nalar kemudian disebut dengan ilmu.
UMAT muslim tentu tidak ingin kegiatan yang dilakukan sehari-hari justru membatalkan atau menggugurkan ibadah puasa Ramadan.
TOLERANSI ialah nilai kemanusiaan dan semua orang membutuhkannya. Toleransi dibutuhkan karena setiap orang memiliki perbedaan-perbedaan.
DALAM kehidupan, kita sering kali melakukan kesalahan dan dosa, tapi Allah SWT memberikan satu kesempatan untuk senantiasa bertobat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved