Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Muasal Karya Ulama Jawi di Timur Tengah

(Ata/H-1)
24/3/2023 05:20
Muasal Karya Ulama Jawi di Timur Tengah
(Dok. Istimewa)

SALAH satu tempat yang berperan penting untuk menyebarkan literatur Islam di Nusantara ialah kantor Khazanah Fathaniyah yang berlokasi di Beliga, Batu Chaves, Kuala Lumpur, Malaysia. Tempat itu menjadi saksi penting sebuah peradaban, sebagian wajah keislaman Nusantara dibentuk dan dikenali hingga sekarang.

Seorang peneliti Nahdlatul Ulama, Ayung Notonegoro, menyebutkan kantor itu didirikan oleh Haji Wan Mohd Shangir Abdullah untuk meneliti, mendokumentasi, dan memublikasi ulang khazanah ulama Nusantara yang dikenal dengan sebutan ulama Jawi.

Dijelaskan, menurut Wan Haliem, pengelola Khazanah Fathaniyah sepeninggal Wan Shagir, gerakan tersebut diinspirasi dari upaya yang telah dirintis oleh Syekh Ahmad bin Muhammad Zein al-Fathani, sosok intelektual utama dalam masifnya penerbitan karya-karya ulama Nusantara di abad ke-19, baik yang berbahasa Arab maupun lokal Nusantara.

Di paruh kedua abad ke-19, perkembangan dunia percetakan mulai tumbuh meskipun secara teknologi penerbitan di Timur Tengah masih sederhana. Apalagi di Asia Tenggara, percetakan masih berkutat model litograf.

Ayung menceritakan, saat itu Syekh Ahmad mulai berkecimpung di dunia penerbitan di Timur Tengah di penerbitan Al-Miriyah di Bulaq, Mesir. Kemudian ia juga bertugas di Mathba’ah al-Miriyah al-Kainah Mekah.

Aktivitas tersebut, membuat Syekh Ahmad harus bolak-balik antara Mesir, Mekah, dan Istambul yang menjadi pusat pemerintahan di Timur Tengah pada 1882-1889. Dari situ, Syekh Ahmad tebersit menerbitkan karya-karya ulama Jawi, khususnya yang berbahasa Melayu.

Saat itu ada larangan dari Raja Hijaz untuk menerbitkan kitab-kitab keislaman yang tidak berbahasa Arab. Namun, Syekh Ahmad berhasil melobi Kesultanan Ustmaniyah yang dipimpin Sultan Abdul Hamid Khan ats-Tsani.

Pada 1889, ia bahkan dipercaya menangani urusan pentadbiran dan politik. Ia juga dilantik sebagai penasihat Syarif/Raja Mekah.

Berkat jabatan tersebut, Syekh Ahmad berhasil memasukkan kitab-kitab berbahasa Jawi di Mekah dan Madinah. Dia juga menggandeng al-Amjad al-Khasmiri Fida Muhammad dan anaknya, Abdul Ghani, untuk membiayai percetakan kitab bahasa Jawi pertama kalinya.

"Kitab pertama yang diterbitkan ialah karya Syekh Abdus Shamad al-Palimbani, Hidayatus Salikin.

 Kitab ini dicetak di Mathba’ah Syekh Hasan at-Tukhi di dekat Masjid Jami Al-Azhar, Mesir," terangnya.

 

Sejak itu, kitab berbahasa Jawi banyak dicetak di Timur Tengah. (Ata/H-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah