Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Setiap Manusia akan Diuji

Quraish Shihab
26/6/2016 07:30
Setiap Manusia akan Diuji
(Quraish Shihab -- Grafis/Tiyok)

TAFSIR Al-Mishbah kali ini membahas Surat Al Ankabut ayat 1-7 yang menjelaskan ujian bagi manusia.

Ayat pertama didahului dengan rangkaian huruf alif lam mim. Pada ayat kedua, Allah berfirman, “Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘kami telah beriman’, dan mereka tidak diuji?”

Ayat itu menegaskan setiap manusia akan diuji oleh-Nya. Jangan berharap seseorang yang beriman tidak akan mengalami ujian. Ujian untuk menguji keimanan itu bisa hadir melalui kesulitan, tapi juga bisa hadir melalui harta yang dianugerahkan Allah kepada kita, melalui anak-anak, juga pasangan kita.

Ujian melalui harta, misalnya, diberikan untuk mengetes apakah kita menyisihkan sebagian harta itu untuk bersedekah atau tidak. Ujian melalui pasangan diberikan untuk mengetahui apakah kita mampu bersabar atau tidak dalam menghadapi perangainya yang mungkin buruk.

Selanjutnya, pada ayat ketiga Allah berkata, “Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”

Ayat itu menegaskan bahwa Allah Mahamengetahui. Ia mengetahui segalanya, siapa yang benar dan siapa yang pembohong dalam menyikapi ujian yang diberikan-Nya.

Selanjutnya, ayat keempat berbunyi, “Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput (dari azab) Kami?”

Perlu dipahami, Tuhan tidak pernah tidur maupun lengah. Namun, boleh jadi Dia menangguhkan hukuman bagi mereka yang berbuat jahat.
Di ayat kelima, Allah berfirman, “Barang siapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah pasti datang. Dan Dia yang Mahamendengar lagi Mahamengetahui.”

Ayat tersebut menegaskan waktu pertemuan dengan Tuhan pasti akan datang, nanti setelah ajal menjemput kita. Kata-kata ‘pertemuan dengan Allah’ pada ayat itu bisa diartikan sebagai pertemuan dengan ganjaran-Nya atau siksaan-Nya, bergantung pada amalan kita di dunia.
Ayat keenam berarti, “Dan barang siapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.”

Istilah jihad tidak selalu terkait dengan peperangan. Kata jihad yang disebut dalam ayat itu pun tidak merujuk pada peperangan. Ayat itu diturunkan di Mekah. Saat itu Allah belum memerintahkan Rasulullah untuk berperang. Kata jihad itu bermakna menggunakan segala daya untuk mencapai sesuatu yang baik. Jihad yang dimaksud ialah perjuangan menahan gejolak nafsu.

Melalui ayat itu Allah mengingatkan janganlah menganggap bahwa perjuangan (jihad) yang diperintahkan Allah itu untuk kepentingan-Nya. Perjuangan melawan hawa nafsu itu untuk kepentingan kita. Allah juga dengan tegas menyatakan tidak membutuhkan apa pun dari alam raya ini. Perintah berjihad semata-mata untuk diri kita sendiri. (Mlt/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah