Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Masjid Soko Tunggal nan Sarat Filosofi

(Ardi Teristi/H-2)
17/4/2022 04:30
Masjid Soko Tunggal nan Sarat Filosofi
(Masjid Soko Tunggal. MI/ARDI)

SEBUAH masjid berdiri kukuh di sisi selatan arah Tamansari, Keraton Yogyakarta, dengan corak khas bangunan keraton di kompleks Kepatihan. Bangunan bergaya arsitektur khas Yogya itu tampak tua, tetapi daya tariknya tetap memesona.

Dindingnya berwarna putih bersih berpadu apik dengan cat kayu berwarna krem muda. Tampak satu tiang besar berukuran 50 cm x 50 cm yang menopang masjid yang divernis.

Karena hanya memiliki satu tiang itulah masjid tersebut dinamakan Masjid Soko Tunggal. Masjid seluas 10 m x 16 m dan luas serambi 8 m x 6 m itu dirancang sang arsitek keraton yang terakhir, RNg Mintoboedojo.

Ketua Takmir Masjid Soko Tunggal, Suprapto, menceritakan saka tunggal berarti satu tiang sokoguru sebagai penyangga. Majid itu diresmikan Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada awal 1973.

"Masjid ini memiliki empat batang saka bentung dan satu batang sokoguru yang bermakna lima sila dalam Pancasila. Satu sokoguru penyangga utama dimaknai sebagai sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa," tuturnya.

Selain itu, masjid tersebut memiliki usuk sorot yang memusat seperti jari-jari payung. "Usuk merupakan lambang kewibawaan negara yang melindungi rakyatnya," kata Suprapto lagi.

Hal yang menarik dari bangunan itu ialah keberadaan umpak (batu) raksasa, landasan utama dari seluruh kekuatan bangunan pokok. Umpak penyangga tiang sokoguru didapat dari Desa Kerta, tempat Sultan Agung bertakhta.

Konstruksi menarik lainnya dari masjid tersebut ialah bagian yang berbentuk bahu dayung yang memiliki filosofi 'kuat menghadapi godaan’ ditujukan kepada para jemaah yang salat agar menjadi orang yang kuat melawan godaan iblis angkara murka.

Ada juga bagian sunduk yang bermakna 'mencapai tujuan', santen yang berarti 'kejujuran', uleng atau wibawa, singup yang berarti 'keramat', bandoga atau 'tempat harta karun', dan tawonan yang berarti 'penuh'.

Masjid Soko Tunggal juga dihiasi dengan aneka ukiran seperti praba yang berarti 'bumi' atau 'wibawa', saton yang berarti sawiji, sorot yang melambangkan 'sinar cahaya matahari', tlancap yang bermakna 'tabah', ceplok-ceplok sebagai simbol 'pemberantas angkara murka', mirong yang bermakna bahwa semua orang hidup kelak akan meninggal dunia.

Kita juga bisa melihat ornamen tetesan embun di antara daun dan bunga di balok ileng. Hal itu bermakna filosofis bahwa barang siapa yang salat di masjid ini akan mendapat anugerah Allah SWT.

Tahun pembangunan masjid bisa dilihat dari penanda sengkalan (penulisan tahun dalam tradisi Jawa) yang ada di bangunan masjid, yaitu sengkalan memet (gambar) dan sengkalan lamba (kalimat).

Ketua Kampung Wisata Tamansari Ibnu Titiyanto mengatakan masjid tersebut juga digunakan masyarakat untuk kegiatan ibadah selayaknya masjid-masjid yang lain, termasuk pada bulan Ramadan.

"Masjid Soko Tunggal menjadi salah satu daya tarik destinasi wisata di Tamansari. Selain itu, orang yang berkunjung juga tertarik dengan arsitekturnya yang sarat filosofi," imbuhnya. (Ardi Teristi/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah