Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
MUSEUM Sulawesi Tengah di Palu menjadi salah satu tempat penting dalam sejarah Islam di Indonesia. Di tempat itu tersimpan kitab suci Alquran yang diperkirakan berumur 200 tahun dengan kondisi masih utuh.
Alquran yang memiliki 700 halaman dengan panjang 34 cm dan lebar 25 cm itu ditulis tangan. “Diperkirakan dibuat pada abad ke-18 dan kalau dihitung, kurang lebih sudah berumur 200 tahun,” aku peneliti Museum Sulteng, Iksan, saat ditemui Media Indonesia, Senin (4/4).
Alquran tersebut penting karena menjadi koleksi pertama sejak awal Museum Sulteng berdiri pada 1978. Alquran itu pertama kali ditemukan di tangan warga Kecamatan Palu Timur. Kover terbuat dari kulit binatang, antara sapi atau domba. Tinta dalam Alquran menggunakan tinta Tiongkok dan sebagian kertasnya dari kulit kayu.
Alquran tersebut masih memakai kaligrafi yang berkembang di Indonesia pada saat Islam masuk Nusantara pada abad ke-13. Di setiap pergantian juz ditandai dengan hiasan atau kaligrafi khusus, bahkan setiap juz berbeda hiasannya dan itu semua dibuat dengan tangan. Motif hiasan menggunakan motif lokal, misalnya, motif sulur daun.
Menurut Iksan, Islam masuk ke Indonesia bercampur dengan kebudayaan lokal sehingga penulisan Alquran pada awal perkembangan Islam merupakan motif-motif lokal, begitu juga hiasan penulisan kaligrafi. “Di pertengahan halaman Alquran hampir penuh dengan hiasan,” jelasnya.
Iksan menyebutkan dari hasil penelitian terbaru yang dilakukan Institut Alquran Indonesia, di halaman bagian belakang Alquran bertuliskan Arab Melayu. Ketika diterjemahkan, mushaf tersebut ditulis di Negeri Tompi pada waktu Asar di bulan Ramadan tahun Hijriah sekitar abad ke-18. “Kami kemudian menduga kalau Alquran ini ditulis di Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, karena kata Negeri Tompi itu identik dengan Tompe dan memang di Sulteng tidak ada nama wilayah Tompi, yang ada hanya Tompe,” ungkapnya.
Selain itu, ada tulisan dalam Alquran yang setelah diterjemahkan menyebutkan bahwa yang menulis Alquran tersebut seorang khatib yang berasal dari Wani. “Nah, di akhir halaman Alquran, ada tulisan yang diterjemahkan WA dan NI. Kuat dugaan kami bahwa Alquran ini ditulis oleh seorang khatib di Desa Wani, Kabupaten Donggala,” ujarnya.
Hal paling terbaru dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa pemilik Alquran itu adalah Ilmi binti Iwar. Pemilik tersebut diketahui setelah ada hasil terjemahan baru dari halaman Alquran yang dilakukan pada 30 Maret 2022 lalu. “Jadi, Alquran ini pemiliknya Ilmi binti Iwar. Nah, dari Ilmi yang kemungkinan menyuruh khatib itu untuk membuat Alquran ini,” kata Iksan.
Selain dipamerkan di museum, Alquran itu dulu rutin dipamerkan pada pergelaran musabaqah tilawatil quran (MTQ) nasional yang digelar di sejumlah provinsi. Namun, sejak 2014, alquran tersebut tidak lagi dipamerkan keluar museum karena kondisinya semakin hari sudah memprihatinkan.
Iksan menyebutkan di museum, Alquran tersebut selalu ditempatkan di dalam sebuah lemari sebagaimana barang langka lainnya untuk mencegah langsung bersentuhan dengan pengunjung. (M Taufan SP Bustan/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved