Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PUASA Ramadan bukan hanya sekadar kegiatan menahan lapar dan dahaga dari menjelang terbit hingga terbenamnya matahari. Ibadah yang dilakukan selama satu bulan penuh ini ternyata mengajarkan umat Islam tentang kesetaraan. Dalam bulan itu, umat Islam diajak untuk merasakan 'rasa' yang sama.
Dengan berpuasa, orang yang beriman diharapkan bisa memahami bagaimana sulitnya masyarakat yang terbatas sumber dayanya, yaitu kaum mustad’afin atau fakir miskin. Betapa rasa lapar dan haus itu mungkin saja dialami mereka hampir setiap hari.
"Karena puasa Ramadan, kita jadi mengetahui apa yang selama ini dirasakan oleh mereka. Puasa juga mengajarkan umat muslim untuk menumbuhkan rasa empati," ujar Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmad Thib Raya, dalam sebuah diskusi Puasa dan Kemanusiaan.
Ramadan merupakan bulan equality. Hal itu mengacu pada ayat Alquran yang mengatakan bahwa seluruh manusia itu sama derajatnya, yang paling mulia ialah mereka yang bertakwa. Karenanya, dalam ajaran Islam yang sangat menekankan kesamaan derajat itu, tidak boleh ada satu pun yang merasa kedudukannya lebih tinggi dan merendahkan orang lain.
Thib mengatakan pada bulan puasa, serentak semua umat muslim merasa lapar dan merasa haus dengan durasi waktu tertentu. Secara bersamaan juga mereka berbuka dan imsak pada jam yang sama.
Tidak ada yang boleh mendahului. Semua diatur dalam waktu-waktu sesuai dengan wilayahnya masing-masing. Hal itu, kata Thib, mengajarkan kita untuk merasakan kebersamaan.
Selain perihal kesetaraan, ibadah puasa juga melatih umat Islam untuk memiliki rasa empati. "Ibadah puasa bukan hanya untuk beribadah kepada Allah, melainkan juga memperhatikan hubungan kita dengan sesama (manusia)."
Ibadah puasa itu bukan ibadah yang eksklusif. Untuk mencapai ketakwaan, manusia harus bisa mentransformasikan ibadah puasa itu ke dalam perilaku yang baik terhadap sesama makhluk-Nya.
“Puasa adalah ibadah dalam rangka mentransformasikan diri kita. Untuk meningkatkan hubungan kita dengan sesama manusia, dengan lingkungan. Karena ini semua, takwa diharapkan bisa dicapai dari ibadah puasa,” tandasnya.
Ahli puasa
Ada sebuah pertanyaan penting yang diajukan kepada Rasulullah terkait status, kualitas ibadah puasa Ramadan kita dan yang menentukan apakah hanya jadi 'tim hore' atau kita benar-benar menjadi sosok-sosok yang mendapatkan ampunan Allah SWT.
Sahl bin Mu'adz, meriwayatkan dari ayahnya, berkata, “Sesungguhnya ada seseorang lelaki bertanya kepada Rasulullah siapakah orang yang terbaik dan paling besar pahalanya saat berpuasa?” Lalu Rasulullah menjawab, “Mereka yang paling banyak zikirnya kepada Allah SWT.”
Ustaz Muhammad Nuzul Dzikri mengatakan mereka yang terbaik ialah yang paling banyak berzikir, bukan yang paling lapar, bukan yang paling haus.
Umat muslim harus mengingat baik-baik, khususnya di awal-awal Ramadan, bahwa yang paling baik ialah yang paling banyak berzikir, mengingat Allah SWT. "Semakin kita banyak mengingat Allah, setiap aktivitas diisi dengan zikir, maka puasa kita akan menjadi yang terbaik," sebutnya
Oleh karena itu, Allah akan memuliakan umat muslim pada saat berpuasa dan memperbanyak berzikir. (Fer/H-1)
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto disebut-sebut menjalani tirakat dengan berpuasa tiga hari tiga malam di dalam Rumah Tahanan (Rutan) KPK.
Puasa Tarwiyah dan Arafah merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam, terutama pada bulan Dzulhijjah.
Puasa mendorong tubuh untuk membersihkan sel-sel yang rusak, yang dapat memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup.
Puasa enam hari Syawal harus berurutan atau boleh terpisah, hukum membatalkan puasa Syawal, dan saat silaturahmi sebaiknya melanjutkan puasa Syawal atau boleh dibatalkan.
Pembahasan tentang puasa Syawal terkait dalil hukum dan beda pendapat mazhab, nilainya seperti puasa setahun, orang yang tidak berpuasa Ramadan, dan niat puasa Syawal. Berikut penjelasannya.
Sebuah studi terbaru di Annals of Internal Medicine menemukan bahwa metode puasa intermiten 4:3 mampu menghasilkan penurunan berat badan yang sedikit lebih signifikan dalam 12 bulan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved