Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Tradisi Membaca Alquran Raksasa di Banyuwangi

MI
26/4/2021 03:00
Tradisi Membaca Alquran Raksasa di Banyuwangi
Umat Islam bertadarus menggunakan Al Quran raksasa di Masjid Baiturrahman, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (16/4/2021).(ANTARA)

SELAIN berpuasa, memperbanyak tadarus Alquran ialah salah satu ibadah Ramadan yang memiliki keutamaan besar. Di Masjid Agung Baiturrahman (MAB) Banyuwangi, Jawa Timur, tradisi tadarus Alquran dilakukan dengan cara unik karena menggunakan Alquran raksasa seukuran 142 cm x 210 cm.

Saat ditemui Media Indonesia, Senin (19/4), Ustaz Ahmad Rifai, Koordinator Majelis Semaan Alquran Masjid Agung Baiturrahman mengatakan tradisi itu sudah dimulai sejak 2010. Setiap harinya, Alquran berukuran raksasa itu dibaca rutin pada bulan suci Ramadan mulai pukul 19.40 WIB dan sehabis salat tarawih hingga pukul 22.00 WIB.

Untuk cara membacanya, qari (pembaca Alquran) bisa duduk di kursi maupun berdiri menghadap Alquran. Tidak perlu membolak-balik lembaran kertas karena sudah ada dua orang pengeblat (petugas yang membolak-balik kertas). Ahmad mengatakan, “Alquran raksasa ini ditulis tangan oleh seseorang bernama Haji Abdul Karim, warga desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi. Berat Alquran raksasa ini mencapai 4 kuintal (400 kilogram) dan luas ukuran teks mencapai 100 cm x 200 cm, dilapisi kayu sebagai wadahnya.”

Pembuatannya memakan waktu hingga lebih dari 7 bulan. Pada Ahad, 5 September 2010, bertepatan dengan hari ke-27 Ramadan, Alquran raksasa itu resmi dikenalkan ke masyarakat.

Abdul Karim, sang pembuat Alquran raksasa itu, merupakan pensiunan guru pendidikan agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Genteng. Kecintaan Karim dalam dunia kaligrafi tulis-menulis mushaf Alquran sudah ia geluti sejak usia muda saat menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren. Dengan bakat menulis yang dimilikinya, ia banyak menerima pesanan mushaf Alquran dari berbagai daerah.

Hingga saat ini, setidaknya ada lima karya mushaf Alquran raksasa yang sudah berhasil ditulisnya. Alquran raksasa di Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi ialah karya ketiganya yang menghabiskan biaya pembuatan paling mahal, sebesar Rp183 juta dari APBD Banyuwangi. Bahan kertas mushaf Alquran langsung didatangkan dari negara Jepang dengan spesifikasi antirayap dan antijamur. "Kalau menulisnya memakai spidol, kira-kira pada waktu itu habis 50 dus," ujar Karim, Selasa (20/4).

Apa motivasinya menulis mushaf Alquran raksasa? Abdul Karim menganggap bakat menulis kaligrafi yang didapatnya ialah amanah Allah, sekaligus amal jariahnya. "Kalau kiai punya santri, orang kaya punya harta yang bisa diwakafkan. Tapi kalau saya tidak punya apa-apa, punyanya bakat ini (kaligrafi), makanya saya terobsesi menulis Alquran," ungkapnya.

Dengan ukuran huruf yang besar-besar, salah satu qari, Muzaky, mengatakan membaca Alquran raksasa itu tidak mudah. Saat membaca, dirinya harus benar-benar fokus karena jauhnya jarak dirinya dengan Alquran, sekitar 1 meter lebih. "Selain itu, antara harakat dan huruf sulit mengepaskan, makanya harus terbiasa dulu," ungkapnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah