Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Selamat Datang Tamu Agung

SYARIEF OEBAIDILLAH
05/5/2019 06:40
Selamat Datang Tamu Agung
Warga membersihkan mimbar masjid di Masjid Ciptomulyo, Pengging, Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah(ANTARA/ALOYSIUS JAROT NUGROHO)

JIKA tidak ada perbedaan, insyaallah ibadah puasa Ramadan 1440 H akan dilaksanakan oleh umat Islam serentak mulai besok. Jika kita tahu apa Ramadan dan apa yang dibawanya, kita sungguh berbahagia menyambutnya.

Bagaikan tamu, Ramadan ialah VVIP guest of the year, tamu yang agung dan istimewa. “Bagaimana tidak. Tamu ini begitu penting dalam kehidupan. Begitu penting dalam tatanan agama dan keyakinan kita. Puasa Ramadan ialah satu dari pilar keagamaan kita, bagian dari salah satu Rukun Islam. Tanpa Ramadan, keislaman kita akan ambruk,” kata Ustaz Shamsi Ali kepada Media Indonesia, Sabtu (4/5).

Menurut ustaz yang pernah menjadi imam Masjid New York, Amerika Serikat (AS) itu, keagung­an Ramadan di antaranya ialah dengan melimpahnya ragam gifts atau hadiah luar biasa berharga yang dibawa bersama sang tamu. Hadiah kasih sayang (rahmah), keberkahan (berkah), pengampunan (magfirah), petunjuk (Alquran), kedekatan (Alqurbah) dengan Allah, dan banyak lagi.

“Dalam penyambutan itu mengharuskan kita mempersiapkan diri secara baik. Salah penyambutan atau kurang baiknya persiapan penyambutan akan berdampak pada pelayanan kepada tamu agung selanjutnya,” kata pimpinan Nusantara Foundation yang kini sedang membangun pondok pesantren di AS tersebut.

Menurutnya, sejumlah langkah harus diperhatikan dalam menyambut Ramadan agung. Pertama, harus mengenali tamu yang akan tiba. Sebab, pelayanan akan banyak ditentukan oleh bagaimana kita mengenal tamu tersebut. Jika kita tahu bahwa tamu yang datang ialah pembesar, sudah pasti akan disambut sebagai tamu VVIP atau istimewa.

Oleh karena itu, persiapan pertama dalam menyambut Ramadan ialah mengetahui dan urgensi ilmu dalam menjalani bulan Ramadan. Ia mengingatkan Ramadan bulan ibadah, dan bukan bulan budaya. Dengan demikian, ibadah hanya akan sah ketika dibangun di atas ilmu yang benar.

Karena itu, ujar Shamsi Ali, sambutlah Ramadan dengan mempelajari semua hal yang terkait dengan Bulan Suci tersebut.

Kedua, lanjutnya, jika kita kenal bahwa yang datang ialah tamu terhormat, kita harus mempersiapkan diri dengan baik. Dalam hal ini mesti dipahami bahwa Ramadan merupakan bulan mulia, bulan suci, bulan keberkahan, bulan ibadah dan hidayah.

Semua itu, katanya, tidak mungkin akan berkesesuaian jika kita yang menyambutnya tidak sejalan, tidak senyawa, dan tidak sesuai dengan semua kriteria Ramadan. salah satunya, karena Ramadan adalah bulan ibadah dan hidayah (Alquran), kita harus menyesuaikan diri dengannya.

“Penyesuaian diri dengan kesucian Ramadan erat kaitannya dengan sychological state atau keadaan jiwa yang menyambutnya,” tuturnya.

Ia menekankan bahwa kesucian ibadah dan Alquran tidak akan bersentuhan dengan jiwa penuh kotoran. Dengan mengutip Alquran, Shamsi Ali menyatakan ‘Laa yamassuhu illal muthohharuun’, artinya Alquran tidak disentuh kecuali orang-orang yang suci hatinya’.

Tazkiyatun Nafs
Shamsi Ali menegaskan, persiapan terpenting dalam menyambut Ramadan ialah dengan pembersihan jiwa atau tazkiyah an-nafs. Untuk menuju pembersihan jiwa, di antaranya dengan segera memohon ampunan-Nya.

“Bersegeralah kalian kepada ampunan Tuhanmu dan surga,” ungkap Shamsi Ali mengutip ayat Alquran surah Al Imran.

Selain memohon ampunan Tuhan, lanjutnya, tidak kalah penting­nya kita diharapkan bersegera saling memaafkan di antara kita. (H-



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah