Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
KAMPANYE yang mengeksploitasi isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) membuat masyarakat semakin lelah. Bahkan belakangan bentuk kekesalan itu disalurkan dengan terpasangnya spanduk penolakan isu SARA.
“Saya kira spanduk itu menyatakan hal yang baik dan positif. Memang warga Ibu Kota sudah muak terhadap isu SARA,” ujar juru bicara tim pemenangan Ahok-Djarot, Raja Juli Antoni, Rabu (5/4).
Menurutnya, pesan perdamaian itu mengajak masyarakat di lapangan untuk menciptakan suasana pilkada yang damai dan kondusif. Kampanye politik mestinya menyuarakan perdebatan kontestasi program. “Jualan politik itu rekam jejak dan program. Bukan dengan mengeksploitasi dan memanfaatkan bergulirnya sentimen SARA,” ujar dia.
Raja menduga beredarnya spanduk itu merupakan respons publik terhadap salah satu pasangan calon yang terlalu permisif membiarkan bergulirnya isu SARA. “Ya kalau Anies dan Sandi konsekuen memperkuat kebangsaan, tapi kok bahasa politiknya mengarah ke isu SARA.”
Ia melihat pernyataan-pernyataan publik paslon nomor urut tiga menguatkan tensi SARA. Misalnya Sandi mengatakan aksi 313 itu sebuah aksi yang mempersatukan warga. “Jelas sekali itu kan hal yang ironis,” ujar dia.
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat juga menilai sudah sepatutnya seluruh elite politik menjauhkan sentimen SARA.
Apalagi, sejauh ini isu SARA terus digoreng, khususnya soal agama.
Djarot meyakinkan negara menjamin kesamaan dan kesetaraan hak yang tertuang di dalam prinsip kebinekaan. Ia menyatakan persoalan politik tak boleh mengeksploitasi persoalan SARA. “Makanya pisahkan masalah politik dengan masalah agama,” ujar dia.
Ketua Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta Sumarno justru menyambut positif fenomena terpasangnya spanduk-spanduk berpesan positif. Spanduk itu tak bernada kebencian dan provokasi. “Artinya semakin banyak pihak yang menyosialisasikan pesan positif pilkada yang damai jauh dari isu SARA,” ujar dia.
Bicara program
Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama justru mengaku belum melihat dan tak tahu soal spanduk tersebut. Dia pun enggan memberikan komentar. “Saya enggak tahu, tanya sama yang pasang,” kata Basuki.
Basuki lebih tertarik untuk bicara program. Salah satunya soal solusi penanganan orang sakit melalui Jakarta Smart City. Warga DKI Jakarta kurang mampu dinilai perlu mendapatkan pertolongan kesehatan yang cepat dan setara.
“Kami lagi cek. Kami mau menjalankan (program) 5.000 warga DKI ada 1 dokter, 1 bidan, 1 perawat yang urus,” kata Basuki di Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (5/4).
Pendataan seluruh warga DKI Jakarta akan melibatkan kelompok kepala keluarga dalam lingkup tatanan tetangga. Data itu nantinya digunakan sebagai pemetaan level penyakit yang diderita warga. Data itu akan diintegrasikan dengan teknologi Jakarta Smart City melalui aplikasi Qlue. (P-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved