Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Saatnya Mewujudkan Indonesiasentris

(Nov/P-2)
31/10/2016 00:45
Saatnya Mewujudkan Indonesiasentris
(ANTARA/VICTOR FIDELIS SENTOSA)

PEMBANGUNAN yang sudah berlangsung selama puluhan tahun justru menghasilkan ketimpangan yang sangat besar antara kawasan barat dan kawasan timur Indonesia. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kondisi infrastruktur di Pulau Jawa dan sekitarnya lebih baik dan maju jika dibandingkan dengan infrastruktur di luar Pulau Jawa. Hal itu dapat dilihat dari berbagai proyek pembangunan fisik yang terpusat di Pulau Jawa. Kontribusi pembangunan ekonomi yang dihitung berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) masih timpang antara Jawa dan luar Jawa.

Pada 2014, kontribusi PDB Jawa mencapai 57,5%, sedangkan 42,5% berasal dari luar Jawa dan kontribusi kawasan timur Indonesia hanya 10,6%. Kondisi itulah yang perlu diubah dan kini menjadi tekad Presiden Joko Widodo untuk mengakhiri orientasi Jawasentris dan menggantinya dengan Indonesiasentris. Komitmen itu pertama kali dikemukakan bertepatan dengan Hari Pahlawan pada 10 November 2015 lalu, di Surabaya. "Perubahan ke arah Indonesiasentris, bukan sekadar Jawasentris," kata Presiden saat itu. Sesungguhnya visi-misi Nawa Cita, pada butir ketiga, sudah menyatakan hal itu, yaitu komitmen membangun Indonesia dari pinggiran.

Pemerintah pun sudah berupaya besar-besaran guna meningkatkan produktivitas, daya saing, dan kesejahteraan masyarakat di luar Jawa melalui berbagai program pembangunan. Salah satu yang paling gencar ialah pembangunan infrastruktur. Mulai jalan raya, jalan kereta api, pelabuhan laut, bandar udara, hingga pasar. Dana sebesar Rp313,5 triliun digelontorkan pemerintah untuk membangun infrastruktur secara merata di seluruh Indonesia pada 2016. Harapannya, ketika semua itu sudah rampung, jarak dan ketimpangan antara Indonesia Barat dan Indonesia Timur kian dekat sehingga kemajuan bersama dapat lebih cepat terwujud.

Dengan semakin terhubungnya pusat dan daerah, sudah seharusnya daerah tertinggal tidak lagi menjadi anak tiri pembangunan. Formula pembangunan Indonesiasentris yang melihat Indonesia sebagai satu kesatuan utuh harus dapat dilaksanakan dengan baik dan terstruktur. Namun, jika Indonesiasentris hanya menjadi kebijakan populis lainnya, hal itu akan menjadi kemunduran pembangunan Indonesia untuk ke sekian kalinya.

Jika pemerintah masih memandang Indonesia itu ialah Pulau Jawa, Indonesiasentris hanya akan berakhir pada slogan dan semboyan yang tak berdampak. Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah harus mampu menjawab keniscayaan pembangunan itu. Dengan demikian, pada akhirnya, kutipan senandung Wage Rudolf Supratman ini dapat kita maknai secara menyeluruh. Indonesia itu satu kesatuan, sambung menyambung menjadi satu.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya