Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
MESKI saat ini bangsa Indonesia dalam keadaan yang relatif aman dan damai, bukan berarti aparat dan masyarakat boleh lengah. Sebab yang namanya ancaman itu bisa datang dari mana saja, baik dari dalam negeri sendiri atau dari luar.
Karena itu, dia pun mengajak seluruh masyarakat, terutama generasi muda untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan dan tidak tersesat dalam pemahaman radikalisme. Hal itu dikatakan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko seusai melakukan nonton bareng film Sayap Sayap Patah bersama para milenial yang bekerja di Kantor Staf Kepresidenan (KSP) di Metropole XXI, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (31/8).
"Kapanpun dan di manapun menonton, ini sebuah peristiwa. Anda harus memaknai ini sebuah peristiwa sehingga kita semakin menjadi bangsa yang semakin strong, semakin kuat," tegas Moeldoko.
"Saya sengaja menraktir anak-anak muda dan milenial di Kantor Staf Kepresiden. Saya punya tujuan, pertama, mereka saya inginkan memaknai sebuah peristiwa agar mereka tahu dan paham bahwa ada sebuah peristiwa besar," lanjutnya.
Moeldoko juga menegaskan bahwa tayangan film itu memberikan pelajaran bagi masyarakat terutama generasi muda agar bersama-sama mencegah berkembangnya paham radikalisme. Ia mengajak semua pihak menanamkan nilai-nilai kemanusiaan.
"Saya pikir ini sebuah upaya sosialisasi ya, ini berkaitan dengan kemanusiaan, siapapun yang melihat situasi seperti itu, maka kemanusiaanya akan tersentuh, ini pelajaran terdalam dari peristiwa itu," tegasnya.
"Karena kebetulan anak-anak ini yang kerja di Kantor Staf Presiden yang relatif berdekatan dengan pengambilan-pengambilan kebijakan. Kalau mereka bisa memaknai sebuah peristiwa, maka mereka akan kaya dengan input untuk merumuskan kebijakan," lanjutnya.
Selain itu, ia juga berharap film ini menjadi pelajaran bagi milenial jika ke depannya ada diantara mereka yang memiliki pasangan dari seorang prajurit dapat memahami pekerjaan pasangannya dalam berjuang membela negara. "Siapa tahu dari mereka nanti ada yang dapat (pasangan) dari tentara atau polisi dapat memahami ya seperti itulah tugasnya," pesannya.
Begitupun melihat dari pengalaman semasa jadi komandan lapangan, Moeldoko merasakan betapa beratnya menghadapi situasi ketika harus menyampaikan pesan kepada keluarga prajurit yang gugur dalam tugas. "Pada saat saya operasi di Timor Timur, tiga anggota saya gugur, dan kembali dari operasi saya terlalu sangat sulit menghadapi istrinya. Tadi dilukiskan ya seperti itulah kondisinya. Itu dua hal sebagai pelajaran. Saya secara pribadi melihat film ini luar biasa," ungkap Mantan Panglima TNI itu. (RO/A-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved