Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Pengamat Sebut Penolakan Ideologi Bangsa Sama dengan Pemberontakan

Antara
04/10/2020 10:50
Pengamat Sebut Penolakan Ideologi Bangsa Sama dengan Pemberontakan
Direktur Amir Mahmud Center,  Dr Amir Mahmud(Dok. Istimewa)

DIREKTUR Amir Mahmud Center,  Dr Amir Mahmud, mengatakan bahwa jika ideologi secara konstitusi sudah sah, maka mereka yang menolak terhadap ideologi itu hendaknya dapat dikatakan sebagai pemberontak.

”Oleh karena itu ada pasal-pasal yang mengatur mereka-mereka ini untuk disikapi secara tegas. Jadi tidak bisa dia diberi toleransi begitu saja, harus dikenai hukum dulu. Karena itu kita harus munculkan kesadaran untuk mewaspadai gerakan-gerakan yang anti terhadap Pancasila sekarang ini,” ujar Amir Mahmud dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (4/10).

Ia megatakan bahwa saat ini juga sedang digembar-gemborkan sebagian kalangan tentang NKRI bersyariah. Menurut dia, kenapa harus NKRI Syariah, padahal Pancasila sendiri tidak bertentangan dengan Islam atau dengan agama. Dia mencurigai bahwa sedang ada suatu perkara yang perlu diwaspadai.

”Saya sendiri tidak memandang itu ada ekasila atau trisila. Karena yang jelas hari ini warga Indonesia bersepakat kepada Pancasila sebagai ideologi. Ini yang harus kita pegang teguh dan di pertahankan,” ucap mantan anggota Pelajar Islam Indonesia itu.


Baca juga:  Masyarakat Terhimpit Covid-19, Elite Wajib Jaga Kondusivitas


Terkait dengan kesaktian Pancasila itu sendiri, Amir menyampaikan bahwa hal tersebut memang harus terus digaungkan untuk memberikan kepastian yang kuat serta mengingatkan kembali bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa Indonesia yang sah dan dilahirkan melalui konsensus bersama.

Menurut dia, siapapun yang berlawanan dengan Pancasila harus berhadapan dengan proses hukum.

”Kalau kita berkaca dari pemberontakan dahulu, mereka kan sebetulnya sudah berhadapan dengan TNI pada waktu itu kan. Karena itu hal ini harus disampaikan terus melalui pelajaran sejarah di dunia pendidikan. Tapi sejarah ini harus netral tidak boleh memuat sentimen satu kelompok. Saya akui bahwa hari ini kita sudah banyak kehilangan mementum-momentum yang berpegang teguh kepada Pancasila,” terang pria yang juga dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta ini.

Oleh karena itu, dia memandang perlu adanya upaya untuk menyadarkan dan meyakinkan yang harus ditumbuhkan kepada masyarakat bahwa falsafah Pancasila ini merupakan kesaktian yang telah teruji. (OL-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya