Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
PENDAFTARAN capres-cawapres dalam Pilpres 2019 akan dibuka pada 4-10 Agustus. Namun, hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai siapa kandidat yang bakal berlaga memeriahkan pesta demokrasi di Tanah Air.
Sejauh ini baru petahana Joko Widodo saja yang memastikan ikut berkompetisi. Sementara kubu penantang belum mencapai kesepakatan mengenai siapa capres yang akan dimajukan, apakah Ketum Gerindra Prabowo Subianto atau bukan.
Meski demikian, masing-masing kubu pun dilanda persoalan sama, yakni sulitnya mencari figur cawapres yang dinilai mampu meningkatkan elektabilitas guna meraih suara pemilih.
"Dalam banyangan kita belum ada tokoh yang benar-benar powerful buat semuanya," kata peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopa, kepada wartawan di kantor LSI, Jakarta, Selasa(17/7).
Menurutnya, ada tiga hal yang menjadi pertimbangan paling krusial dalam memilih cawapres, yaitu penguatan parlemen, penguatan pemerintahan dan keamanan, serta penguatan ekonomi.
Apabila Jokowi ingin menguatkan parlemen maka kandidat paling tepat ialah Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, dan Ketum PPP Romahurmuziy.
Sementara dari sisi penguatan pemerintahan dan keamanan terdapat kandidat potensial, seperti Kapolri Jenderal Tito Karnavian, anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD, dan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko.
Untuk penguatan ekonomi yang menjadi salah satu perhatian, Jokowi pun bisa memilih Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, atau Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
"Sayangnya belum ada tokoh yang bisa mewakili ketiga parameter itu. Airlangga pun meski kuat secara partai dan ekonomi namun agak kurang dari sisi keamanan," tandasnya.(OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved