Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
DENGAN semakin dekatnya waktu pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden untuk Pemilihan Umum 2019 memunculkan beragam nama yang dijagokan untuk mendampingi Joko Widodo dalam Pilpres mendatang. Namun, dengan elektabilitas Jokowi yang sudah cukup tinggi, maka siapa pun cawapresnya memungkinkan Jokowi untuk tetap unggul.
Dalam survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia menunjukkan bahwa Jokowi masih memimpin dari pesaing pesaingnya termasuk Prabowo Subianto.
Survei tersebut melibatkan 1.200 responden yang dilakukan sepanjang periode 25-31 Maret 2018 di seluruh Indonesia ini dilakukan melalui random sampling yang memiliki tingkat kepercayaan 95% dengan margin of error plus minus 2,9%.
"Jika Jokowi head to head dengan Prabowo Subianto dibandingkan 6 bulan lalu dukungan masing masing tidak berubah. Tetapi Jokowi tampak semakin solid dalam segmen potensialnya yang terlihat dengan tren positif pada simulasi terbuka dan daftar pilihan yang melibatkan banyak nama calon, dimana nama calon lainnya stagnan," terang Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam konferensi persnya di Jakarta, Kamis (3/5).
Untuk nama-nama cawapres Jokowi dari total 19 nama yang ditanyakan dalam survei, nama Agus Harimukti Yudhoyono menjadi nama yang paling diinginkan mendampingi Jokowi dengan 16,3%. Menurut Burhanudin, hal tersebut salah satunya mungkin karena AHY saat ini masih sering turun ke lapangan.
Berikutnya terdapat nama Anies Baswedan (13%), Gatot Nurmantyo (7%) Sri Mulyani (6,1%) dan Mahfud MD (5%).
Nama Agus juga masih tetap teratas (22,4%) dengan 11 nama wapres potensial disusul Sri Mulyani (10,5%), Mahfud MD (8,4%) serta Tito Karnavian (5,7%). Namun untuk 7 nama non partai politik Sri Mulyani menjadi yang teratas dengan (18,3%) disusul Mahfud MD (13%) dan Tito Karnavian (9,4%).
Menanggapi survei tersebut, Wakil Ketua bidang Pratama DPP Partai Golkar Bambang Soesatyo menyatakan pihaknya tetap berkomitmen membebaskan Jokowi memilih wakil nya. Menurutnya Jokowi dapat menentukan orang yang memang dapat mendukung dirinya dalam lima tahun kedepan.
Dia juga melihat bahwa strategi SBY pada periode kedua tidak dapat digunakan Jokowi yang memang saat itu tidak mementingkan elektabilitas karena elektabilitas SBY sudah tinggi. Bamsoet menilai kemungkinan Jokowi akan memadukan kedua hal tersebut yakni cawapres yang nyaman diajak bekerja sekaligus menaikkan elektabilitas.
Dalam kesempatan berbeda, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh meyakini Jokowi akan memilih calon yang memang dianggap bisa bekerja sama dengan dirinya. Nasdem pun menyatakan tetap pada komitmennya untuk membebaskan Jokowi untuk memilih calonnya.
"Kita tidak punya cawapres bagi Jokowi karena kami sudah punya capres yakni pak Jokowi. Kita minta capres kita untuk mencari cawapres yang cocok sebagai pendamping," terang Surya Paloh.
Di sisi lain Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) Mardani Ali Sera tetap optimistis Prabowo akan mengambil cawapres dari partainya. Dirinya pun kembali menyatakan bahwa koalisinya harus bergerak cepat dalam menyampaikan nama wacapresnya.
"Harus segera gerak dari sekarang. Kalau sudah deklarasi itu akan lain trennya, dan kita ingin mendidik masyarakat, tidak beli kucing dalam karung plus kita ingin ada efek ke Pilkada serentak," terang Mardani.
Menurutnya, pengumuman cawapresnya jangan menunggu pilkada selesai, tetapi justru harus sebelum pilkada. Menurutnya bila pengumumannya dilakukan sebelum pilkada karena dinilai lebih strategis.
"Karena belum diumumkan pasangan (elektabilitas PKS ke Prabowo), (tetapi) kalau sudah diumumkan elektabilitas PKS dan Prabowo naik. Kita berharap 13 Mei deklarasi," pungkas Mardani. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved